TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta - Pemberangusan simbol-simbol komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang ramai terjadi di Indonesia. Sementara kelompok-kelompok pemberontak berpaham Marxisme dan komunisme masih eksis di sejumlah negara. Mereka melawan rezim penguasa yang dianggap menyuburkan kemiskinan, korupsi, dan penyakit sosial lainnya, meski mereka juga terseret dalam aktivitas kriminalitas. Pemerintah berkuasa berusaha memberangus mereka, memenjarakan para pemberontak, namun ada pemerintah yang kemudian berbalik merangkul mereka.
Berikut sepak terjang kelompok pemberontak kiri (komunis/Marxist) dan perjuangannya di Kolombia, Meksiko, dan Filipina.
1. Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC)
FARC adalah kelompok pemberontak tertua dan terbesar di antara pemberontak sayap kiri Kolombia yang didirikan pada tahun 1964. Berawal dari tindakan reperesif pemerintah Kolombia terhadap gerakan petani, para petani lokal mulai membentuk kelompok-kelompok milisi untuk melindungi komunitas mereka.
Para petani menggunakan pemikiran Marxis dan paham komunisme sebagai alat perjuangan. Simpatisan mereka kemudian mendirikan Partai Komunis Kolombia, yang dalam perjalanan sering berbenturan dengan partai-partai sayap kanan dan pada puncaknya berakhir dengan kerusuhan dan perang saudara di Bogota.
Kandidat presiden dari Partai Liberal tewas saat itu. Kerusuhan meluas sampai ke pelosok. Saat itulah komunitas petani mulai memegang senjata dan melakukan perlawanan.
Setelah terlibat dalam perang sipil selama puluhan tahun melawan pemerintah Kolombia dan kelompok paramiliter yang berhaluan kanan, kelompok ini juga melakukan sejumlah kejahatan seperti penculikan dan perdagangan narkoba - menjadikan kelompok sebagai salah satu yang terkaya. Eropa dan Amerika kemudian memasukkan FARC dalam daftar organisasi teroris.
Pada November 2012, FARC dan pemerintah membuka pembicaraan damai, fokus pada enam isu utama: reformasi tanah, partisipasi politik, pelucutan senjata para pemberontak, perdagangan narkoba, hak-hak korban, dan pelaksanaan kesepakatan damai.
Laporan terbaru, sebagaimana dilansir dari laman BBC, pemerintah Kolombia telah menyetujui untuk menerima tentara anak-anak pemberontak FARC. Berdasarkan dokumen yang disusun pada pembicaraan damai di Havana, prioritas adalah mereka yang berada di bawah usia 15. Mereka akan diperlakukan sebagai korban perang dan akan diampuni di bawah hukum Kolombia.
FARC juga setuju membantu mengidentifikasi anak-anak dan mengatur keberangkatan mereka dari tempat persembunyian.
Menurut lembaga perlindungan anak pemerintah, sekitar 6.000 anak telah meninggalkan kelompok bersenjata dalam 17 tahun terakhir.
FARC dan pemerintah diharapkan untuk menandatangani kesepakatan damai beberapa minggu mendatang, bersepakat menggunakan cara-cara konstitusional untuk kerja sama politik di masa depan.
Kedua belah pihak masih melakukan negosiasi persyaratan gencatan senjata permanen, namun telah menandatangani kesepakatan reformasi agraria, transformasi FARC menjadi partai politik, keadilan dan perang terhadap narkoba dan menghapus pertambangan dan pencarian orang hilang.
2. Tentara Pembebasan Nasional (ELN)
Angkatan bersenjata Pembebasan Nasional (ELN) Kolombia merupakan kelompok pemberontak terbesar kedua di Kolombia. Kelompok sayap kiri ini dibentuk pada 1964 oleh para intelektual yang terinspirasi oleh revolusi Kuba dan ideologi Marxisme.
Kelompok ini terkenal karena terlibat perang sipil selama puluhan tahun. ELN mencapai puncak kejayaan pada akhir 1990-an dengan melakukan ratusan penculikan dan penghancuran infrastruktur pemerintah seperti pipa minyak. Kelompok ini juga sempat terlibat perdagangan narkoba dan membentuk aliansi dengan beberapa kelompok kriminal.
Gara-gara kegiatan kriminalnya yang menakutkan dunia internasional, ELN pun masuk daftar organisasi teroris di Eropa dan AS.
Awal tahun 1960an, Kolombia dalam situasi genting seperti negara-negara Amerika Latin lainnya. Tuntutan reformasi mengalir deras. Gerakan mahasiswa dan keagamaan Kolombia bergejolak menuntut reformasi di Kolombia. Dibentuk kelompok gerilyawan yang mirip dengan di Kuba. Pendiri ELN, Fabio Vasques bahkan dilatih langsung oleh Fidel Castro, pemimpin pemberontak Kuba.
ELN Didukung oleh para akademisi dan tokoh gereja Katolik. Melalui ELN, mereka melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang elitis, yang dianggap jadi biang kerok kemiskinan dan korupsi yang sangat kronis. Camilo Torres, pastor dan profesor di salah satu universitas yang sangat kritis terhadap pemerintah tewas dibunuh tahun 1966. Ini menjadi pemicu ELN semakin bersikap keras dan brutal.
Terinspirasi Torres, pastor warga Spanyol, Manuel Perez bergabung dengan ELN di tahun 1969 dan menjadi tokoh paling berpengaruh saat itu. Ia bergandengan tangan dengan Nicolas Rodriguez Bautista alias Gabino. Perez menjadi sosok utama dalam pembentukan ideologi ELN yang menggabungkan nilai-nilai Kristiani dan ideologi Marxist untuk memerangi penyakit sosial parah di Kolombia. Perez meninggal pada 1998. Pemberontak bersenjata ELN terus berlanjut.
ELN bersedia melakukan negosiasi damai antara tahun 2002 hingga 2004. Pembicaaan damai secara resmi akhirnya dilakukan antara pemerintah Kolombia dan ELN pada 10 Juni 2014, hanya beberapa hari sebelum pemilihan presien Kolombia yang hasilnya memenangkan kembali Juan Manuel Santos. Pembicaraan damai menghasilkan 6 butir kesepakatan.
Pembicaraan damai selanjutnya diadakan di Venezuela pada 30 Maret 2016. Pertemuan ini membahas masalah penghapusan gerilya ELN, menarik seluruh senjata dari para gerilyawan dan melibatkan ELN di bidang politik.
BBC |WWW.COLOMBIAREPORTS.COM|MECHOS DE LAROCHA