TEMPO.CO, Bethlehem - Sejumlah lelaki berseragam itu mendadak menggeruduk rumahnya, sebagian berdiri tegak di halaman. Pertama kali yang dipikirkan Nidal Atwan adalah mereka bakal menciduk putranya berusia 16 tahun, Mohammed. Perkiraan itu meleset.
"Saat itu pukul 2 dinihari. Jika Anda melihat sejumlah jip militer, yang ada di benak Anda adalah Osama bin Laden berada di sekitar Anda," kata suami Nidal, Yousef.
Para serdadu Israel itu ternyata menarik keluar Nidal dengan cara kasar dan mendesaknya menjelaskan keberadaan putrinya, Majd, 22 tahun, seorang penata rias kecantikan perempuan.
Nidal tak percaya kepada bala tentara Yahudi itu dan meminta komandan mereka menunjukkan surat perintah yang berisi pernyataan bahwa Majd diperlukan untuk dimintai keterangan karena terkait dengan tudingan mengunggah kalimat hasutan di media sosial.
"Saya terkejut dan marah," kata Nidal kepada Aljazeera.
"Saya baru sadar setelah mereka menginginkan Majd bahwa putri saya itu bakal dibawa karena tulisannya di laman Facebook," ucap Yousef.
Pada Senin, 9 Mei 2016, pengadilan militer Israel menjatuhkan hukuman terhadap Majd selama 45 hari di kerangkeng besi dan dengan 3.000 shekels atau setara dengan Rp 10,5 juta terkait dengan tulisannya soal ledakan bom bus di Yerusalem.
"Kabar kondisi 20 warga di daerah pendudukan cedera adalah bagus," tulis Majd di Facebook, yang dianggap menghasut.
"Pendudukan Anda di tanah kami tidak perlu hasutan bagi masyarakat kami untuk memberontak. Saya bagian dari orang-orang yang tanahnya diduduki, jadi jangan berharap saya menyambut Anda dengan bunga," kata Majd menjawab dakwaan jaksa di pengadilan militer.
ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN