TEMPO.CO, Quito - Korban tewas akibat gempa bumi di Ekuador telah meningkat menjadi 525 orang. Ada kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah mengingat sebagian besar masih belum ditemukan alias menghilang dan tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.
Pejabat pemerintah mengatakan hal tersebut pada Rabu, 20 April 2016. Jumlah mereka yang hilang berkisar antara 231 sampai 1.700 orang dan lebih dari 4.000 orang terluka.
Seperti dilansir dari laman BBC, ribuan orang telah kehilangan tempat tinggal, membuat mereka rentan terhadap air minum yang kotor dan dapat ketularan penyakit.
Program Pangan Dunia dan Oxfam mengirimkan pasokan, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sedang mempersiapkan sistem evakuasi dari udara dalam jumlah besar.
Presiden Rafael Correa saat berkunjung ke wilayah yang paling terkena dampak gempa mengatakan pembangunan kembali kota bisa menelan biaya hingga US$ 3 miliar (sekitar Rp 39,4 triliun)
Dalam menjalankan misi utamanya untuk menyelamatkan para korban tertimbun yang mungkin masih hidup, para saksi mata mengatakan anjing pelacak dan penggali mekanik telah dikerahkan untuk mencari korban. Mereka juga menggambarkan bagaimana bau busuk mayat memenuhi udara. Namun, beberapa orang ditarik keluar dari puing-puing dalam keadaan hidup.
Warga negara asing dari Inggris, Irlandia, Kanada, Kolombia, Kuba, dan Republik Dominika telah dikonfirmasi berada di antara korban yang tewas.
Belum selesai semua masalah tersebut, USA Today melaporkan hari ini bahwa gempa berkekuatan 5,5 skala Richter kembali melanda pantai Ekuador pada Selasa, 19 April 2016.
Menurut survei geologi Amerika Serikat, gempa terbaru pada Selasa menghantam tepat di 2,5 mil wilayah selatan dari Muisne dan sekitar 118 mil wilayah barat dari Quito, ibu kota Ekuador. Gempa melanda pada kedalaman sekitar 9,5 mil.
Belum ada laporan tentang jumlah korban meninggal, cedera, atau kerusakan yang ditimbulkan, begitupun peringatan tsunami.
BBC | USA TODAY | MECHOS DE LAROCHA