TEMPO.CO, Damaskus- Presiden Suriah Bashar al Assad mengatakan konflik berkepanjangan di Suriah telah merugikan keuangan negara hingga ratusan miliar dollar.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Suriah yang diterbitkan pada Rabu, Assad mengungkapkan bahwa negaranya mengalami kerugian setidaknya lebih dari US $ 200 miliar atau sekitar Rp 2666,6 triliun sejak dimulainya perang.
"Kerusakan ekonomi dan kerusakan infrastruktur melebihi US $ 200 miliar. Memulihkan infrastruktur akan memakan waktu yang lama", kata Bashar seperti dilansir Channel News Asia pada 30 Maret 2016.
Selain itu Assad menjelaskan tentang pembentukan pemerintahan baru untuk negaranya tidak akan menjadi masalah dan bukan sesuatu yang rumit.
"Pemerintahan baru bisa diselesaikan dalam pembicaraan damai di Jenewa,'" kata Assad seperti yang dikutip kantor berita Rusia RIA pada Rabu.
Menurut Bashar, pemerintah Suriah yang baru harus terdiri dari tiga pihak, yakni oposisi, pasukan independen dan mereka yang setia kepada Damaskus.
Selain kerugian ekonomi, perang yang telah berlangsung selama lima tahun telah menelan ratusan ribu korban jiwa.
Syrian Center for Policy Reseaerch (RCPR) menjelaskan ada 470 ribu jiwa meninggal. Data ini jauh lebih tinggi dibanding hasil hitungan PBB yaitu sebanyak 250 ribu orang. PBB menghentikan pengumpulkan data sejak 18 bulan lalu.
Dari angka tersebut, sekitar 400 ribu di antaranya meninggal karena kekerasan. Sedangkan sisanya sebanyak 70 ribu orang menjadi korban kurangnya pelayanan kesehatan yang memadai, obat-obatan, terutama untuk penyakit kronis. Mereka juga kekurangan makanan, air bersih, sanitasi dan perumahan yang layak, terutama bagi mereka yang mengungsi dalam zona konflik.
CHANNEL NEWS ASIA|YON DEMA