TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengancam akan menyerang negara-negara yang tidak sepaham dengannya. Mereka mengancam dengan serangan lebih besar dibanding serangan di Brussels, Belgia, Selasa pagi waktu setempat.
"Kami berjanji pada negara-negara yang tak sejalan dengan ISIS bahwa mereka akan menghadapi hari-hari kelam sebagai balasan atas agresi mereka terhadap kami. Dan apa yang menunggu kalian akan lebih keras dan lebih pahit," tulis mereka dalam telegram resmi, seperti dikabarkan Mirror pada Rabu, 23 Maret 2016.
Dalam telegram itu dinyatakan serangan di Brussels merupakan salah satu cara melawan negara-negara yang tak sepaham dengan mereka. Mereka menuduh Belgia sebagai negara yang tak henti memerangi Islam dan muslim.
Baca Juga: Kemenlu RI: Tidak Ada WNI Jadi Korban Ledakan di Brussels
Inggris dan beberapa negara lain menjadi target utama karena menjadi yang terdepan dalam menentang ISIS selama ini. Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May menyatakan telah meningkatkan pengawasan dan keamanan di perbatasan sejak serangan di Brussels.
"Pihak keamanan perbatasan telah lebih intensif melakukan pemeriksaan di perbatasan Inggris, termasuk pemeriksaan besar-besaran kendaraan, penggunaan anjing, dan penambahan petugas pemeriksa," tutur May.
Serangan di Stasiun Zavantem dan stasiun kereta bawah tanah di pinggiran Maalbeek, Brussels, Belgia, Selasa pagi, mengakibatkan 34 orang tewas dan 170 orang terluka.
Serangan ini menyebabkan keamanan di seluruh Eropa ditingkatkan. Sebelumnya, serangan teror juga terjadi di Turki dan Paris, Prancis. Serangan ini hanya berselang sehari setelah Belgia menangkap dalang serangan teror mematikan di Paris pada November lalu, Salah Abdeslam.
EGI ADYATAMA | MIRROR