TEMPO.CO, Sao Paulo - Kantor kejaksaan Sao Paulo, Brasil menyeret mantan Presiden Lula da Silva ke meja hijau karena dituding melakukan kejahatan pencucian uang di perusahaan minyak negara itu, Petrobas.
Namun Lula, 70 tahun, menolak dakwaan itu karena dinilai bermotif politik. "Dia menolak dituduh bersalah dan mengatakan tudingan itu bermotif politik," tulis BBC, Kamis, 10 Maret 2016.
Lula dan istrinya, Marisa Leticia, dihadapkan dengan berbagai pertanyaan atas kepemilikan sebuah penthouse yang menghadap laut di resor eksklusif Guaraju. Mereka menjadi 2 di antara 16 orang yang diduga terlibat melakukan persekongkolan jahat dengan cara melakukan pencucian uang, kata jaksa.
"Putra Lula kabarnya juga masuk dalam daftar orang-orang yang bakal diperiksa," ungkap BBC.
Kasus ini juga menyeret perusahaan konstruksi terbesar Brasil, OAS, yang melakukan renovasi terhadap penthouse berlantai tiga milik Lula. OAS juga dijerat tuduhan menyuap para politikus untuk memenangkan kontrak yang dianggap menguntungkan.
Lula menjabat Presiden Brasil pada 2003 hingga 2011. Lula merupakan pejuang buruh dan maju sebagai presiden dengan mengendarai Partai Buruh. Ia menjadi sosok pemimpin reformasi Brasil yang kemudian tersandung kasus pencucian uang di Petrobas.
Presiden Brasil Dilma Rousseff dan warga Brasil mendukung Lula. Bahkan, sebelum ditangkap, Lula ditemui Rousseff di apartemennya. Keduanya kemudian melambaikan tangan kepada ratusan pendukung Lula dari balkon apartemennya. Rousseff, presiden perempuan pertama Brasil, merupakan pengganti Lula dari partai yang sama.
Lula diduga dijerat kasus pencucian uang untuk mencegahnya maju dalam pertarungan pemilihan presiden pada 2018. Sebab, muncul rumor ia akan kembali maju dalam pemilihan presiden Brasil.
BBC | CHOIRUL AMINUDDIN