TEMPO.CO, Damaskus - Blok oposisi Suriah mengatakan mereka bersedia mendukung gencatan senjata sementara selama dua minggu. Hal itu untuk menguji keseriusan komitmen pihak lainnya untuk mengakhiri peperangan sebagaimana proposal Amerika Serikat dan Rusia.
Sebelumnya, pada pekan ini, Amerika dan Rusia menyepakati sebuah proposal "penghentian permusuhan" antara pemerintah Suriah dan kelompok pemberontak. Kesepakatan itu di luar Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Front al-Nusra.
Kesepakatan yang melibatkan semua pihak itu akan diteken pada 26 Februari 2016, siang hari waktu setempat, selanjutnya gencatan senjata diberlakukan pada malam hari.
"Komite Negosiasi Tinggi yakin gencatan senjata sementara akan diberlakukan selama dua pekan untuk menguji komitmen masing-masing pihak terhadap kesepakatan tersebut," demikian bunyi pernyataan blok oposisi yang dikeluarkan pada Rabu, 24 Februari 2016.
Pernyataan oposisi itu disampaikan setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad meyakinkan Rusia atas kesiapannya menghormati gencatan senjata. "Sudah ada pembicaraan melalui telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Republik Arab Suriah Bashar al-Assad," bunyi pernyataan Kremlin. "Presiden Assad siap menerima gencatan senjata."
Menurut pernyataan Kremlin, Assad menguraikan gencatan senjata sebagai sebuah langkah penting menuju resolusi politik guna mengakhiri perang saudara di Suriah.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN