TEMPO.CO, Gumi - Silaturahmi akbar 2016 yang dihelat oleh Komunitas Muslim Indonesia (KMI) Korea Selatan berlangsung seru. Ribuan pekerja Indonesia hadir di kota kecil Gumi, 280 kilometer dari Seoul.
Puluhan bus dari berbagai penjuru memenuhi lapangan parkir Gumi Convention Centre, Selasa, 9 Februari 2016. Berbagai kendaraan besar itu mengangkut tujuh ribuan pekerja Indonesia untuk sebuah pengajian akbar yang diisi tausiah KH Yahya Zainul Maarif yang didatangkan dari Cirebon.
Tidak hanya itu, di depan Convention Centre itu, puluhan tenda berdiri untuk menjual berbagai kebutuhan harian. Mulai kopi panas, bakso hingga buku-buku agama. Tidak ketinggalan, Kedutaan Besar RI juga membuka warung konsuler untuk memberikan pelayanan lapor diri hingga urusan imigrasi.
KH Yahya dalam tausiahnya menyatakan bahwa Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri harus tetap memperhatikan keluarga di Indonesia. “Jangan sampai uang yang dicari susah payah di Korsel digunakan tidak semestinya di kampungnya. Kejadian semacam ini sering terjadi karena orang tua lupa tujuan hidupnya. Jangan pula anaknya disekolahkan lalu jadi tukang bom," kata dia.
Selain itu, kesederhanaan menjadi kunci penting bagi para pekerja di luar negeri. Tidak sedikit, orang tua memanjakan anaknya di Indonesia dengan berbagai peralatan yang akhirnya menjerumuskanya. Itu semua akibat sang orang tua kadang ingin anaknya hidup secara "modern" dalam tanda kutip.
"Karena tidak bisa hidup sederhana lagi maka kahidupan orang kadang tergelincir. Tidak sedikit, uang habis cepat lalu jadi TKI lagi," ujarnya.
Duta Besar John A Prasetio melalui penanggungjawab perlindungan WNI , M Aji Surya, menggarisbawahi bahwa para pekerja Indonesia harus meningkatkan profesionalisme dan kediplinan. Hanya dengan cara itu jumlah dan bargaining pekerja Indonesia di Korea Selatan dapat ditingkatkan di masa depan.
Menurut Ketua KMI, Suripto Ilham, kegiatan di Gumi ini merupakan salah satu dari dua pengajian akbar yang dihelat setiap tahun. Acara ini diikuti ribuan pekerja yang berasal dari 50 mushola Indonesia di seantero Korsel. Diakui, pengajian tersebut menelan biaya kisaran Rp 300 juta yang berasal dari sponsor dan kas KMI.
KMI saat ini sedang merencanakan pembangunan masjid di kota Gumi dan Daigu. "Masjid pertama perlu Dana Rp 7 miliar sedang yang kedua Rp 5 miliar. Karenanya kami juga menggalang dana di pengajian ini. Mohon doanya," ujar Suripto.
NATALIA SANTI