TEMPO.CO, Istanbul – Dua pelajar sekolah yang mencuri sebuah es krim dan sekantong kuaci dari teman sekelasnya saat masih berusia 14 dan 15 tahun dijatuhi hukuman penjara masing-masing 13 tahun setelah proses persidangan yang berlangsung selama delapan tahun.
Vonis luar biasa ini dijatuhkan karena keduanya terbukti telah melakukan “perampokan” meski pihak korban tak pernah melaporkan kasus itu kepada polisi.
Kasus ini hanya dilaporkan oleh sejumlah guru di sekolah yang terletak di Istanbul tersebut untuk menakut-nakuti kedua bocah nakal itu. Keduanya menjadi bagian dari enam orang pelajar lain yang sering mencuri makanan milik anak-anak lain.
Terlepas dari proses persidangan yang berlangsung selama delapan tahun, kedua terdakwa, Volkan Kutlu (kini 22 tahun) dan Okan Ciftci (23), tetap dapat mengikuti pendidikan mereka hingga selesai.
Kutlu bahkan telah mendapatkan tempat di sebuah universitas saat dirinya ditangkap setelah pengadilan menolak banding yang diajukan agar tetap berada di luar penjara. Kutlu diciduk secara dramatis oleh petugas polisi saat hendak masuk ke kelas untuk mengikuti sebuah ujian.
Proses persidangan dimulai setelah keduanya ditangkap di sebuah kafe Internet oleh polisi. Persidangan pertama dilakukan di Pengadilan Anak-anak Kelas I di Bakirkoy.
Awalnya, kedua anak tersebut diyakini bakal dibebaskan dengan sedikit peringatan dan sebuah laporan, bahkan menunjukkan bahwa itu hanya ulah anak-anak yang tak akan diulangi lagi.
Namun pengadilan justru memvonis mereka dengan hukuman penjara, dan vonis tersebut telah dikonfirmasi oleh Pengadilan Tinggi.
Para mahasiswa yang sama-sama kuliah di fakultas sejarah di Universitas Trakya bersama Kutlu mengaku sangat terkejut dengan hukuman tersebut. Apalagi, Kutlu dianggap sebagai salah satu mahasiswa teladan. Kini, ia dan sahabat lamanya bakal menjalani hukuman penjara minimal delapan tahun sebelum berhak mendapatkan pembebasan bersyarat.
Ibu Kutlu, Havva Saglam, yang merupakan orang tua tunggal dan bekerja sebagai perawat untuk membiayai pendidikan anaknya, mengatakan: “Ia ada ujian saat ditangkap oleh polisi. Saya membawakan pakaian dan catatan kuliahnya lalu pulang ke Istanbul pada malam itu.
“Rekan-rekannya sesama mahasiswa juga dosen-dosennya sangat terkejut. Bahkan anak yang kuacinya dicuri tak melaporkan kasus itu. Namun mereka memperlakukan anak saya seperti seorang pembunuh.”
DAILYMAIL | A. RIJAL