TEMPO.CO, Kabul - Usianya masih ingusan, tapi keberaniannya luar biasa karena sanggup menghadapi pasukan Taliban di negerinya. Dia belakangan tewas setelah kepalanya ditembus peluru tajam oleh milisi Taliban.
Remaja itu adalah Wasil Ahmad, 11 tahun. Dia mendapat tugas dari unit kepolisian selama 43 hari ketika harus mengusir Taliban, yang telah mengepung sebuah kawasan selama 71 hari. Keterangan tersebut disampaikan paman Wasil, Mullah Samad, seorang komandan kepolisian lokal di Khas Uruzga, Afganistan.
"Dia tewas oleh pria berkendaraan motor yang menembak kepala Wasil di sebuah pasar di Tarin Kowt, ibu kota Provinsi Uruzga, Senin, 1 Februari 2016," kata Dost Mohammad Nayab, juru bicara pemerintah provinsi.
Akibat berondongan peluru tajam, ujar Nayab, Wasil mengalami luka-luka sehingga harus dilarikan ke rumah sakit setempat. Namun selanjutnya ia dibawa ke rumah sakit yang memiliki peralatan lebih bagus. "Sayangnya, jiwanya tak tertolong," katanya.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap remaja pemberani tersebut melalui website, Rabu, 3 Februari 2016.
Nayab menjelaskan, Wasil baru-baru ini kembali ke kehidupan warga sipil, seperti mendaftar sekolah di Tarin Kowt tahun lalu setelah terbebas dari kepungan brutal Taliban di Khas Uruzga.
Meskipun belia—secara hukum nasional dan internasional, anak-anak dilarang memanggul senjata—Wasil, menurut pamannya kepada CNN, turut berperang melawan Taliban. Dia mengatakan Wasil, yang kehilangan ayahnya dalam pertempuran dengan Taliban, meminta sang paman melatihnya menggunakan senjata mesin setahun yang lalu.
"Saya tanya kepada dia, ‘Mengapa melakukannya?’ Dia bilang ingin membalas dendam atas kematian ayahnya," kata Samad kepada CNN. Samad menerangkan, dia melatih Wasil menggunakan AK-47 dan senapan mesin PK, roket, mortir, telepon satelit, serta radio VHF. "Dia anak laki-laki yang sangat cerdas, dia sangat cepat mempelajari semuanya," ucapnya.
CNN | CHOIRUL AMINUDDIN