TEMPO.CO, Pyongyang – Korea Utara membombardir Korea Selatan dengan tisu WC bekas pakai dan puntung rokok sebagai bagian dari perang propaganda mereka terhadap negara tetangga tersebut.
Balon-balon gas yang diisi dengan selebaran anti-Korea Selatan kini dicampur dengan kotoran manusia dan diterbangkan oleh pihak Korea Utara melewati perbatasan kedua negara.
Masing-masing balon tersebut dilengkapi dengan timer dan sebuah pemicu ledakan kecil yang akan membuat balon tersebut meletus setelah memasuki wilayah musuh.
Namun lusinan balon tersebut tak meletus dan mendarat di Korea Selatan serta dikhawatirkan mengandung senjata biologis dan kimia.
Seorang petugas militer Korea Selatan mengungkapkan kepada The JoongAng Daily: “Saat kami membuka bungkusan yang jatuh ke tanah, kami menemukan kantong plastik berisi selebaran yang dicampur dengan sampah.”
Seorang petugas polisi Korea Selatan menambahkan: “Dalam beberapa bungkusan, terdapat puntung rokok, tisu WC, dan kotoran manusia.”
Beberapa selebaran tersebut juga berisi kecaman terhadap Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dengan menyebutnya “kotoran politik”.
Kubu Pyongyang telah menyebar lebih dari satu juta pesan propaganda dalam perang propaganda antara kedua negara yang dipicu oleh tes nuklir yang dilakukan pihak Korea Utara sebulan yang lalu.
Selebaran yang diterbangkan melewati perbatasan menggunakan balon-balon gas tersebut merupakan respons pihak Korea Utara atas tindakan pihak Korea Selatan, yang menggabungkan sebuah lagu K-pop dengan pesan propaganda dan memperdengarkannya ke kubu lawan menggunakan pengeras suara raksasa.
Pihak Korea Utara telah melakukan pembalasan juga dengan menggunakan pengeras suara untuk mengumandangkan siaran yang mengecam Presiden Korea Selatan Park Geun-hye.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan selebaran dari Korea Utara diterbangkan menggunakan balon gas setiap hari dan jumlahnya diperkirakan telah mencapai hampir satu juta.
Sebagian besar dari balon-balon itu ditemukan mendarat di dekat perbatasan di provinsi Gyeonggi meski ada juga yang mencapai Seoul.
Yang Moo-jin, seorang profesor di sebuah universitas di Seoul bidang studi Korea Utara, mengungkapkan selebaran itu hanya merupakan gestur reaktif dari pihak Korea Utara.
“Mereka tak mungkin berdiam diri ketika pihak Korea Selatan melakukan serangan dalam perang psikologis,” kata Yang.
Selain menggunakan pengeras suara, pihak Korea Selatan tengah mempertimbangkan rencana memasang papan reklame elektronik raksasa di perbatasan untuk menampilkan pesan-pesan dan video.
DAILYMAIL | A. RIJAL