TEMPO.CO, New York – Serangan teror yang mengerikan pada 11 September 2001 direncanakan oleh almarhum pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, setelah dirinya terinspirasi oleh kisah seorang pilot yang menjatuhkan pesawat yang dikemudikannya ke laut pada 1999.
Saat Bin Laden mendengar kisah mengenai aksi bunuh diri pilot pesawat EgyptAir dengan nomor penerbangan 990 yang menewaskan 217 penumpang, termasuk 100 warga Amerika Serikat, ia berpikir: “Kenapa ia (pilot) itu tak menabrakkan pesawatnya ke sebuah gedung?”
Pemikiran tersebut kemudian dikonversi menjadi sebuah rencana serangan setelah Bin Laden bertemu dengan arsitek dari aksi tersebut yang mengusulkan untuk membajak pesawat terbang Amerika.
Dua tahun kemudian, para pelaku serangan bunuh diri yang dikomando oleh Bin Laden melakukan sebuah serangan teror paling mematikan di Amerika dengan menabrakkan dua pesawat terbang Amerika ke gedung World Trade Centre.
Pada hari yang sama, dua pesawat terbang Amerika lainnya dibajak, dan satu di antaranya menghantam Pentagon. Adapun yang satu lagi jatuh di sebuah lapangan setelah para penumpang pesawat itu melakukan perlawanan. Secara keseluruhan, hampir 3.000 orang tewas dalam serangan tersebut.
Sebelum serangan 11 September tersebut, Bin Laden telah mengubah strategi dengan menjadikan Amerika sebagai sasaran dan bukan lagi negara-negara Arab yang menjadi sekutu Amerika.
Menurut majalah mingguan Al-Qaeda, Al-Masrah, Bin Laden sangat terpengaruh oleh aksi pilot bernama Gameel Al-Batouti tersebut.
Al-Batouti dipercaya sebagai pilot yang bertanggung jawab atas kematian 217 penumpang EgyptAir yang terbang dari Los Angeles menuju Kairo pada 31 Oktober 1999.
Pilot berusia 59 yang sangat berpengalaman itu melepas pilot otomatis dan membawa pesawatnya menukik ke Samudra Atlantik.
Dalam rekaman di kotak hitam, sang pilot terdengar beberapa kali mengucapkan kalimat: “Tawakaltu ala Allah” (berserah diri kepada Allah).
Pihak penyelidik dari Mesir membantah hasil penyelidikan yang dilakukan pihak Amerika tersebut dengan menyatakan Al-Batouti sebagai seseorang yang sangat religius sehingga tak mungkin melakukan bunuh diri.
DAILYMAIL | A. RIJAL