TEMPO.CO, New York - Pencalonan Michael Bloomberg dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 dipertanyakan banyak pihak. Salah satu yang mempertanyakan adalah seorang blogger Charles J Reid, Jr yang diunggah oleh Huffington Post. Tahun ini memang menjadi kesempatan emas bagi bekas Wali Kota New York tersebut, jika tidak, pria berusia 74 tahun itu harus menunggu empat tahun lagi.
Sejumlah laporan, sebagaimana ditulis Huffington Post, edisi Selasa, 26 Januari 2016, menyebutkan dia kemungkinan bakal menghabiskan miliaran rupiah untuk mendanai hasratnya maju sebagai calon presiden Amerika.
Menurut laporan tersebut, ada tiga pertanyaan mendasar yang perlu dipertimbangkan oleh Bloomberg jika ikut bertarung dalam pemilihan presiden Amerika. Pertama, adakah kesempatan bagi dia melamar sebagai calon presiden dan sebagai orang ketiga karena sebelumnya sudah banyak calon yang diusung partai politik, baik Demokrat maupun Republik. Kedua, apa alasan dia ikut bertarung. Ketiga, bisakah dia memenangkan pertarungan tersebut.
Republik sudah menggadang-gadang Donald Trump dan Ted Cruz. Keduanya telah mendapatkan jalan lempang dari Republik untuk maju sebagai calon presiden mendatang. Meskipun Trump dianggap kerap mengeluarkan pernyataan kontroversial, Republik tetap akan mengusungnya menjadi calon presiden. Di antara pernyataan Trump yang mendapatkan kritik publik adalah soal pelarangan imigran muslim masuk Amerika.
Bagaimana dengan Demokrat? Partai ini juga telah menyiapkan jagoannya untuk berkuasa di Amerika, yakni bekas Menteri Luar Negeri di masa pemerintahan Presiden Barack Obama dan senator New York, Hillary Clinton. Calon lain yang menjadi gacoan Demokrat adalah Bernie Sanders. Baik Clinton maupun Sander dianggap oleh Demokrat memiliki program jempolan jika salah satu di antara keduanya terpilih menjadi Presiden Amerika.
Dengan demikian, di mana posisi Bloomberg di antara dua partai politik besar di AS tersebut? Pertanyaan muncul kembali, apakah Bloomberg rasional mencalonkan diri? Menurut blogger ini, Bloomberg "hanya" memiliki pengalaman di bidang ekonomi ketika berkarier di Wall Street serta mengendalikan kerajaan bisnisnya.
Jika Bloomberg tetap maju sebagai kandidat, dia sepertinya akan memusatkan perhatian pada masalah-masalah ekonomi. Mampukah Bloomberg menjadi pemenang pada pemilihan presiden mendatang? Jika ingin tetap maju sebagai calon ketiga, Bloomberg harus menunjukkan keistimewaannya bila dibandingkan dengan kedua calon lainnya, baik dari Republik maupun Demokrat.
HUFFINGTON POST | CHOIRUL AMINUDDIN