TEMPO.CO, Paris - Sebuah video propaganda terbaru telah dipublikasikan oleh pusat media kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Itu adalah pengungkapan gambar dan pernyataan terakhir sembilan milisi yang meluncurkan serangan ganas di Paris dan merenggut sedikitnya 130 nyawa pada 13 November 2016.
Video tersebut diunggah ke saluran resmi ISIS lewat aplikasi berbagi pesan dan gambar Telegram yang menampilkan tiga warga Prancis, empat warga Belgia, dan dua warga Irak. Mereka mengenakan seragam kamuflase di sebuah lokasi di gurun sebelum serangan menggemparkan itu terjadi.
BACA: INFOGRAFIK TEROR SARINAH: Bergaya Paris, Beraroma Poso
"Ini pesan terakhir sembilan singa Khalifah yang digerakkan dari tempat persembunyian mereka untuk membuat seluruh Prancis bertekuk lutut," kata seorang komentator dalam video itu. Beberapa milisi terlihat sedang memenggal kepala tawanan dan memberikan kuliah panjang diselingi rekaman media internasional terkait dengan serangan maut itu.
Seperti dilansir New York Post pada 25 Januari 2016, Perdana Menteri Inggris David Cameron turut ditampilkan sedang menyatakan rasa solidaritas kepada rakyat Prancis setelah serangan itu. Video diakhiri dengan pesan tegas yang menyatakan siapa saja yang mencoba menghalangi, "akan menjadi sasaran pedang kami."
BACA: Rudal Amerika Ditulisi Pesan 'From Paris, With Love'
Video berdurasi 17 menit, yang dirilis pada Ahad, 24 Januari 2016, menunjukkan sejauh mana perencanaan ISIS terhadap serangan Paris. Hal ini juga kemungkinan dimaksudkan sebagai alat rekrutmen untuk menggalang anggota baru.
Namun Kementerian Luar Negeri Prancis dan Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat serta pemerintah Inggris hingga kini menolak memberikan setiap review tentang pengungkapan video tersebut, yang di dalamnya turut mengutuk Barat dan berisi ancaman menyerang Inggris.
BACA: Begini Detik-detik Serangan Bom Teror Paris
Adapun juru bicara kelompok pengamat media sosial militan, Flashpoint Global Partners, Laith Alkhouri, mengatakan video itu memenuhi semua kriteria sebagai rekaman otentik.
Pada malam serangan tersebut, para milisi ISIS dipecah menjadi tiga kelompok yang beraksi dengan menargetkan stadion sepak bola, kafe, dan gedung konser di Paris. Dua pria warga Irak dikenal sebagai Ali al-Iraqi dan Ukashah al-Iraqi diyakini membawa paspor palsu Suriah ketika mencoba menyerang Stadion Stade de France.
Pemerintah Prancis masih belum bisa mengidentifikasi identitas dua penyerang lagi setelah tujuh identitas penyerang lain diumumkan.
NEW YORK POST | YON DEMA
BERITA MENARIK
Polisi Sebut Tersangka Pembunuh Mirna Cuma Satu
Cara Mudah Menghitung Siklus Gerhana Matahari