TEMPO.CO, Kabul - Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), Asosiasi Jurnalis Independen Afganistan (AIJA), serta Jaringan Solidaritas Media Asia Tenggara (SAMSN) mengutuk serta mendesak pemerintah Afganistan bertindak atas serangan Taliban terhadap awak TOLO TV, Rabu, 20 Januari 2016.
Menurut sejumlah laporan, akibat serangan tersebut, tujuh awak televisi TOLO TV tewas ketika van yang mereka tumpangi diserang bom sekitar pukul 17.00 waktu setempat di Jalan Darul Aman, barat daya Kabul. "Sebanyak 20 korban lainnya luka-luka, termasuk perempuan dan anak-anak," demikian ditulis media di Afganistan.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kelompok bersenjata ini pernah mengancam akan menyerang TOLO TV pada Oktober 2015 seraya mengatakan TOLO TV bukan lagi sebagai media siaran, melainkan menjadi alat militer. "Tidak ada yang kebal terhadap serangan, termasuk karyawan, pembawa acara, tim liputan, maupun reporter."
IFJ mengatakan serangan ini tergolong barbar dan tekanan bagi pekerja media yang mencoba melaporkan demokrasi yang masih rapuh di Afganistan. Taliban, tulis IFJ dalam kecamannya, telah membungkam laporan kritis melalui ancaman, intimidasi, dan kekerasan. Situasi keamanan seperti ini, menurut IFJ, justru semakin membuat dukungan internasional menarik diri.
"IFJ mengucapkan belasungkawa kepada keluarga kolega kami yang menjadi sasaran kekerasan di Kabul," kata Sekretaris Jenderal IFJ Anthony Bellanger. "Sekali lagi, para jurnalis dan pekerja media membayar dengan harga tinggi untuk melakukan misi menyampaikan informasi."
AIJA menambahkan, "Kami mengutuk serangan ini dengan kata-kata yang sangat keras dan mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada grup media dan keluarga. Komunitas jurnalis terkejut atas kabar serangan ini."
Pusat Jurnalis Afganistan, dalam pernyataannya, mengatakan, "Ini adalah hari gelap bagi media Afganistan dan kami terkejut serta sangat sedih atas serangan barbar ini. Kami mendesak pemerintah mencari dan mengadili para pelaku secepat mungkin."
Kepala Eksekutif Pemerintah Afganistan Abdullah Abdullah juga mengeluarkan kecaman keras atas aksi Taliban. "Serangan terhadap pekerja media yang bekerja degan dedikasi dam netralitas menunjukkan bahwa Taliban telah menunjukkan wajah aslinya. Mereka adalah teroris yang tidak mengindahkan nilai-nilai agama."
TOLO TV, yang dimiliki MOBY Media Group, adalah grup media komersial terbesar dan pertama di Afganistan yang diluncurkan pada 2004. Siaran dengar pandang ini sangat populer di Afganistan. Grup media ini juga memiliki stasiun radio independen pertama, Arman FM, pada 2003.
IFJ | CHOIRUL AMINUDDIN