TEMPO.CO, Pyongyang - Korea Utara menebarkan sekitar 1 juta leaflet propaganda dengan balon udara di garis perbatasan dengan Korea Selatan. Langkah ini merupakan bagian dari perang psikologis di Semenanjung Korea setelah rezim Pyongyang melakukan uji coba bom nuklir keempat.
Menurut juru bicara Menteri Pertahanan, Kim Ming-seok, Senin, 18 Januari 2016, brosur tersebut—yang dibalas stasiun televisi Korea Selatan dengan menyiarkan musik pop dan retorika anti-Pyongyang di perbatasan—jatuh di beberapa bagian di Seoul dan utara ibu kota Korea Selatan.
Leaflet yang beredar di sebagian wilayah Korea Selatan itu berisi kritik terhadap Presiden Park Geun-hye. Mereka justru memuji hasil uji coba nuklir Korea Utara yang berlangsung pada 6 Januari 2016 dan meminta rakyat Korea Utara tetap setia kepada pemimpin Kim Jong-un.
Saat ini terjadi ketegangan di sepanjang perbatasan Semenanjung Korea Selatan. Adapun Amerika Serikat dan Jepang sibuk meminta Cina mendukung resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghukum Korea Utara setelah negeri itu melakukan uji coba nuklir.
Pekan lalu, pasukan Korea Selatan memberi tembakan peringatan terhadap sebuah drone alias pesawat tanpa awak karena mendekati garis demarkasi di perbatasan. Korea Selatan sedang mempertimbangkan pemasangan layar raksasa yang dilengkapi pengeras suara untuk menghadapi perang psikologis tersebut.
Pengeras suara itu dimulai dengan gelegar lagu-lagu pop Korea dan kecaman terhadap Jong-un. Korea Selatan sebelumnya memulai kembali melakukan propaganda melalui berbagai siaran pada Agustus 2015. Aksi ini mendorong Korea Utara memperkuat pasukannya di garis perbatasan karena menganggap langkah Korea Selatan itu sebagai ajakan berperang.
BLOOMBERBERG | CHOIRUL AMINUDDIN