TEMPO.CO, Raqqa -Sebuah kejadian yang mengejutkan, seorang militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengeksekusi mati ibunya sendiri setelah menuduhnya murtad.
Kelompok aktivis Raqqa is Being Slaughtered Silently (RBSS) mengatakan Ali Saqr al-Qasem, 20, menembak ibunya Lena, 45, di kepala dengan senapan di hadapan kerumunan orang.
Lena al-Qasem dituduh melakukan murtad - kejahatan yang berarti meninggalkan kepercayaan (agama) - tetapi dalam prakteknya digunakan ISIS sebagai pembenaran untuk membunuh siapa saja yang tidak mendukung atau menentang kelompok teror tersebut.
"Tuduhan yang tepat terhadap Lena al-Qasem adalah menghasut anaknya untuk meninggalkan ISIS dan melarikan diri bersama-sama ke luar dari Raqqa", kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia seperti dikutip dari laman Independent, 8 Januari 2015.
Lembaga pemantau yang berbasis di Inggris mengatakan Ali Saqr al-Qasem melaporkan ibunya ke atasan ISIS, yang kemudian menjatuhkan hukuman mati dan memerintahkan dia menjadi orang yang membunuhnya.
Ratusan orang dilaporkan menonton proses eksekusi Lena al-Qasim.
Tidak diketahui mengapa Ali diberi tugas membunuh ibunya. Adapun alasan eksekusi dilakukan di luar kantor pos Raqqa adalah karena di situlah tempat Lena al-Qasem bekerja.
Berita ini muncul saat kepala juru bicara ISIS di Irak, Abu Muhammad al-Adnani, dilaporkan menderita luka parah menyusul serangan udara.
Al-Adnani, yang telah diasingkan sebagai pengganti potensial pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, harus menjalani perawatan darurat awal setelah kehilangan banyak darah, tim Komando Operasi Gabungan Irak Operasi Komando Gabungan melaporkan.
Sejak saat itu dia pindah ke kubub ISIS Mosul di Irak dan kondisinya masih belum diketahui.
MECHOS DE LAROCHA | INDEPENDENT.CO.UK