TEMPO.CO, New York - Saudi Arabia mengatakan bahwa kebijaksanaan negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran tidak akan berdampak pada usaha perundingan damai di Suriah dan Yaman, dua negara yang mendapatkan sokongan kuat dari Iran.
Riyah pada Ahad, 3 Desember 2016, memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah kedutaan besarnya di Teheran digeruduk massa terkait dengan eksekusi mati ulama Syiah, Nimr al-Nimr, beserta 46 orang lainnya yang didakwa melakukan aksi terorisme.
Duta besar Arab Saudi di Perserikatan Bangsa-Bansa, Abdullah al-Mouallimi, pada Senin, 4 Desember 2016, mengatakan, cekcok dengan Iran tidak akan memiliki dampak pada usaha mengakhiri perang di Suriah dan Yaman.
"Kami akan tetap kerja keras demi perdamaian di Suriah dan Yaman," ucapnya. "Bagaimana dampaknya terhadap Iran, kami tidak tahu, Anda seharusnya tanya kepada mereka," kata al-Mouallimi kepada wartawan di New York seraya menuding Iran tidak serius mengakhiri perang sebelum kedua negara memutuskan hubungan diplomatik.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, Saudi Arabia menggunakan aksi penyerangan terhadap kantor kedutaannya di Teheran sebagai dalih meningkatkan ketegangan.
"Iran berkomitmen menyiapkan keamanan diplomatik berdasarkan konvensi internasional. Tetapi Arab Saudi, negeri yang menyuburkan ketegangan, menjadikan insiden ini sebagai sebuah alasan meningkatkan ketegangan," Hossein Jaberri Ansari, juru bicara Kementerian Kuar Negeri Iran, berbicara di jaringan televisi, Senin, 4 Desember 2016.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN