TEMPO.CO, London - Sebuah video propaganda terbaru oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memunculkan seorang bocah beraksen Inggris. Bocah itu muncul saat ISIS mengeksekusi lima sandera yang dituduh sebagai mata-mata Inggris.
Rekaman video berdurasi 11 menit yang diunggah ke YouTube pada Minggu, 3 Januari 2016, menampilkan seorang eksekutor berbaju loreng yang membacakan pesan untuk Perdana Menteri Inggris David Cameron. Dengan mengenakan topeng pria yang memiliki aksen Inggris, ia juga mengancam akan menyerang Inggris dan akan memberlakukan hukum syariah Islam di negara Ratu Elizabeth tersebut.
Tidak segera dijelaskan kewarganegaraan dari pria tersebut. Namun perkiraan awal menyebutkan bahwa kemungkinan ia merupakan salah satu dari 300 warga negara Inggris yang masih aktif di Suriah.
Di akhir video, bocah dengan mengenakan seragam jihad mengacungkan pistol sambil membuat pernyataan dalam bahasa Inggris: "Kami akan pergi membunuh kafir di sana."
Pemerintah Inggris tengah menyelidiki bocah dan pria yang fasih berbahasa Inggris dengan menggunakan analisis suara, serta memantau obrolan di Twitter dan media sosial lain, juga komunikasi elektronik lainnya, untuk mencari petunjuk.
Adapun kelima sandera yang dibunuh secara kejam oleh para teroris tersebut diidentifikasi sebagai Ubi Muhammad Abdul Ghani (26) dan Ha'il Marwan Abdul Razaq (40). Keduanya digambarkan sebagai juru kamera. Lalu Faisal Hamud al-Ja'far dan Umaar Hamud al-Ja'far (25), serta Mahyar Mahmud al-Utsman (31), yang disebut sebagai tiga sandera yang tersisa.
Ghani muncul untuk mengatakan dalam bahasa Arab bahwa dia telah setuju untuk melakukan pengintaian dengan kamera rahasia, seperti mengambil video dan gambar, di kota yang sekarang merupakan benteng ISIS.
Seperti yang dilansir Guardian pada 4 Januari 2016, Badan Intelijen Inggris (MI6) tidak segera memberikan komentar apakah seseorang dari mereka yang dieksekusi adalah agen rahasianya.
GUARDIAN|YON DEMA