TEMPO.CO, LONDON – Kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) diduga merilis video berisi ancaman pembunuhan lima sandera yang dituding sebagai mata-mata Inggris. Seorang anggota ISIS bersama seorang anak berbahasa Inggris mengirimkan ancaman itu ke Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Dikutip dari The Guardian, video berdurasi sebelas menit itu pertama kali dirilis media sayap ISIS dan diterbitkan Guardian pada Minggu, 3 Januari 2016. Seorang pria yang mengenakan topeng melakukan ancaman serangan di Inggris. Dia melakukan ancaman itu dengan aksen Inggris.
Setelah mengancam David Cameron, video kemudian mempertontonkan pembunuhan lima sandera. Para sandera diduga mengaku setelah menyelesaikan misi pengintaian yang disetujui pemerintah Inggris.
Sejauh ini belum ada pihak yang merasa bertanggung jawab atas kemunculan video tersebut. Dalam video itu, diakhiri cuplikan anak-anak berseragam ala militer. Dia memperingatkan pemerintah Inggris dengan bahasa Inggris. “Kami akan pergi membunuh orang kafir di sana.”
ISIS diduga dengan sengaja menampilkan anggotanya, Mohammed Emwazi. Pria yang juga dikenal sebagai Jihad John itu berulang kali mengarahkan pistol ke kamera. Dia juga membeberkan tentang serangan yang dilakukan pemerintah Inggris di Suriah.
Tak menunggu waktu lama, pada Minggu, badan keamanan Inggris melakukan perburuan. Mereka ingin memastikan seorang warganya terekam dalam video tersebut. Sejumlah pakar melihat pemerintah Inggris dapat menganalisis warganya melalui suara dan memantau obrolan di Twitter maupun media sosial lain.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan video itu adalah bentuk propaganda yang menggunakan nama lain untuk kelompok teror. Pemerintah Inggris sejauh ini sedang memeriksa isinya. Sebuah sumber FCO mengatakan kemungkinan ISIS mencoba untuk mengalihkan perhatian dari kegagalannya baru-baru ini di Irak.
Sejauh ini, sekitar 800 warga Inggris tercatat telah pergi untuk berperang di Suriah dan Irak. Di antaranya 400 telah kembali ke Inggris. Sementara 50-100 warga Inggris diperkirakan telah meninggal di sana. Sisanya, sedikitnya 300 warga masih aktif menjadi anggota ISIS di Suriah dan Irak.
THE GUARDIAN | AVIT HIDAYAT