TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un mengatakan dirinya siap berperang. Pernyataan itu ia sampaikan dalam pesan Tahun Baru kepada dunia. Komentar Tahun Baru dari Jong-un yang disiarkan di televisi nasional Korea Utara membuat sebagian besar publik terjebak pesan propaganda masa lalu.
Jong-un menghindari ancaman yang datang akibat kepemilikan senjata nuklir negaranya dan ambisi rudal jarak jauh. "Namun, ia mengatakan siap untuk berperang jika diprovokasi oleh invasif pihak luar," seperti yang dilaporkan laman inggris, Metro,Co.Uk, Jumat, 1 Januari 2015.
Kata-kata yang diucapkan Jong-un dalam tayangan televisi tersebut, menurut laman Metro, kemungkinan akan diteliti lebih dalam oleh para analis untuk memastikan makna dari ucapannya tersebut terkait niat berperang di masa mendatang.
Korea Utara memiliki kebijakan pemerintahan serta tujuan kebijakannya yang menganggap negara Demokrasi Korea Selatan dan para sekutunya, termasuk Amerika Serikat, sebagai musuh-musuhnya. Jong-un bercita-cita bisa mengirimkan rudal jarak jauh dengan daya ledak nuklir ke daratan Amerika.
Jong-un memang tidak secara langsung menawarkan diri berdialog dengan Seoul dan Washington, namun ia mengatakan bersedia jika siapapun ingin mengajaknya berbicara serius tentang rekonsiliasi dan perdamaian di Semenanjung Korea. Ia bersumpah akan berjuang terus meningkatkan ekonomi Korea Utara.
Para analis mengatakan, mungkin Kim ingin mendorong prestasi diplomatik dan ekonomi yang nyata sebelum Konvensi Partai Buruh pada Mei. Partai buruh merupakan partai pertama sejak 1980, ketika ia secara luas diperkirakan mengumumkan kebijakan negara dan menggoyang elit politik negara untuk lebih mengkonsolidasikan kekuasaannya.
Beberapa analis telah memprediksi bahwa Jong-un akan menghindari pernyataan terlalu provokatif dalam pesan Tahun Barunya. Pasalnya Korea Utara ingin memperbaiki hubungan dengan Korea Selatan dan juga Cina. Hal tersebut penting untuk peningkatan ekonomi dan strategi Korea Utara.
Hubungan antara Korea Utara dan Cina menjadi dingin sejak Jong-un mengambil alih kekuasaan pada 2011. Namun, Cina tampaknya mengambil langkah menuju memperbaiki hubungan lebih dahulu dengan mengirimkan seorang pejabat senior dalam parade militer di Pyongyang pada bulan Oktober.
Persaingan dua Korea menunjukkan kemajuan beragam dalam upaya rekonsiliasi setelah mereka menjauh dari posisi militer pada Agustus. Langkah ini dipicu ledakan ranjau darat yang menyebabkan dua tentara Korea Selatan cacat. Seoul menyalahkan Pyongyang atas cacatnya tentara mereka.
METRO. CO.UK | INGE KLARA SAFITRI