TEMPO.CO, California - Pendukung fanatik calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ditahan polisi setelah kedapatan membuat bom untuk diledakkan di depan umat Islam, Ahad, 20 Desember 2015.
"William Celli, 55 tahun, dicokok polisi di kediamannya di California setelah ketahuan merakit bom untuk diledakkan di komunitas umat Islam," kata polisi. Petugas keamanan yang tak disebutkan namanya itu menerangkan, "Kami mengevakuasi tetangga Celli setelah mengirim tim SWAT untuk menggeledah rumah Celli, tempat pembuatan bom."
Di laman Facebook, Celli kerap menulis status berbagai pernyataan mengenai dukungannya terhadap Donald Trump, yang melarang muslim memasuki Amerika Serikat. Pelarangan tersebut terkait dengan serangan di San Bernardino, November 2015, yang menewaskan 14 orang.
"Donald Trump pemimpin yang membuatku bahagia. Saya akan mengikuti jejaknya hingga akhir dunia," tulis Celli pada Oktober 2015.
Pada 20 November 2015, Celli mengklaim bahwa umat Islam radikal bakal membunuh bangsa Amerika dan satu sama lain saling membunuh. Di halaman yang sama, Celli mengkritik para pemimpin progresif yang mengundang pengungsi Suriah pada 25 Oktober 2015 untuk memasuki wilayah AS. Kebijakan tersebut menebar ketakutan terhadap umat Islam karena akan membunuh warga Amerika.
Seperti Trump, kebencian Celli tidak hanya terbatas kepada umat Islam, tapi juga terhadap kaum Hispanik, pendatang dari Amerika Latin. "Saya sangat tidak bahagia atas masuknya ribuan pendatang haram," tulisnya di laman Facebook, 13 Juni 2014.
Dia mengaku perusahaan saluran pipa ledengnya mengalami kerugian hingga 30 persen akibat kedatangan orang-orang Hispanik. "Mereka datang ke negaraku dengan alasan palsu," tulis Celli.
DAILY NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN