TEMPO.CO, Nairobi - Untuk kesekian kalinya dalam beberapa pekan terakhir pascaserangan teror mematikan di Paris, Prancis, pada 13 November 2015, maskapai milik Prancis, Air France, terpaksa harus mendarat darurat setelah mendapat ancaman bom.
Kali ini, penerbangan Air France dari Mauritius dialihkan dan melakukan pendaratan darurat di kota pelabuhan Mombasa--kota kedua terbesar di Kenya setelah Nairobi--setelah awak pesawat memberi tahu kapten tentang perangkat yang mencurigakan di salah satu toilet.
Kepala Kepolisian Kenya Inspektur Jenderal Joseph Boinnet mengatakan lewat akun Twitter-nya bahwa pesawat Boeing 777 dari Mauritius menuju Paris dengan 459 penumpang dan 14 kru itu selamat dan dievakuasi setelah mendarat di Bandara Internasional Moi pada Minggu, 20 Desember 2015, sekitar pukul 00.37 waktu setempat.
"Ahli bom dari Angkatan Laut dan DCI (Direktorat Investigasi Kriminal) telah mengambil perangkat mencurigakan itu untuk menentukan komponen ini mengandung bahan peledak atau tidak," kata Boinnet, seperti yang dilansir Guardian, 20 Desember 2015.
Penerbangan AF-463 dengan 459 penumpang dan 14 awak dilaporkan meninggalkan Mauritius pada Sabtu, 19 Desember 2015, pukul 21.00 waktu setempat dan dijadwalkan tiba di Bandara Charles de Gaulle, Paris, pada 05.50 waktu setempat.
Pesawat itu hingga kini masih tertahan di Bandara Internasional Moi, Mombasa, menunggu hasil pemeriksaan.
Awal bulan ini, pesawat Air France dari San Francisco ke Paris terpaksa dialihkan ke Montreal sebagai tindakan pencegahan setelah mendapat ancaman bom dari pihak yang tidak diketahui.
Bulan lalu, dua penerbangan Air France dari Amerika Serikat ke Paris juga dialihkan karena adanya ancaman bom. Prancis berada dalam kondisi waspada sejak terjadi amukan teroris di Paris pada 13 November lalu yang menyebabkan 130 orang tewas.
GUARDIAN | REUTERS | MIRROR | YON DEMA