TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan Syed Farook dan Tashfeen Malik telah menewaskan 14 orang di sebuah pusat penyandang cacat di San Bernardino, California, 2 Desember 2015.
Dan kini laman Express, Selasa, 15 Desember 2015, melaporkan jika Tashfeen Malik, istri Syed Farook, telah mengirim setidaknya dua pesan pribadi di Facebook untuk sekelompok kecil teman-temannya di Pakistan pada 2012 dan 2014.
Dalam pesan itu, Malik mengungkapkan keinginannya untuk "suatu hari bergabung dalam pertempuran." Demikian menurut pejabat penegak hukum federal Amerika Serikat.
Pada Juli 2014, Malik diizinkan masuk ke AS dengan visa K-1, juga dikenal sebagai visa tunangan. Pihak berwenang kini meninjau kembali program visa tersebut, terutama setelah proses pemeriksaan atas Malik ditemukan tidak menyeluruh seperti seharusnya.
Ketika disinggung kelengahan pemerintah, khususnya pihak imigrasi dalam memantau media sosial yang digunakan para imigran, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kerby, mengatakan proses pemeriksaan imigrasi tidak selalu melibatkan melihat pemantauan ke jejak media sosial.
Kerby mengatakan, "Jika petugas konsuler merasa perlu untuk melihat penampakan media sosial setiap individu, mereka dapat dan melakukannya, tapi itu tidak harus dalam setiap kasus."
Namun meskipun Malik telah berupaya menjalin kontak, kelompok-kelompok militan Islam dikatakan telah mengabaikan tawarannya karena khawatir mendapat perhatian dan berhasil diketahui pemerintah AS.
Terkait dengan serangan di San Bernardino, meskipun Farook menyatakan ia dan istrinya yang bertindak atas nama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), bukti-bukti yang ditemukan ternyata kelompok ekstremis itu bahkan tidak menyadari keberadaan pasangan tersebut.
Malik dan Farook tewas dalam tembak-menembak dengan polisi beberapa jam setelah melakukan aksi teror.
MECHOS DE LAROCHA | EXPRESS.CO.UK