TEMPO.CO, Jakarta - Ayah pelaku teror Paris ketiga yang berhasil diidentifikasi polisi Prancis baru-baru ini, Foued Mohamed Aggad, mengaku bila dia tahu sejak awal anaknya akan menjadi teroris, dia sudah terlebih dahulu membunuhnya.
Pengakuan Said Mohamed Aggad tersebut datang setelah Perdana Menteri Prancis Manuel Valls mengumumkan bahwa anaknya yang berusia 23 tahun adalah tersangka ketiga pelaku teror Paris pada 13 November yang menewaskan 130 orang.
"Saya akan membunuhnya sendiri terlebih dahulu, jika saya tahu akan begini jadinya," kata Said, seperti dilansir MSN, Rabu, 9 Desember 2015.
Said yang berpisah dari ibunda Foued pada 2007 mengaku terkejut dengan berita bahwa anaknya adalah seorang pelaku teror Paris.
"Tentu saja aku terkejut," kata Said kepada wartawan di luar rumahnya di Bischheim, pinggiran kota timur laut Strasbourg.
Said mengatakan dia menyadari anaknya telah melakukan perjalanan ke Suriah pada 2013 dengan sekelompok pemuda dari daerah Strasbourg, "Tapi tidak tahu bahwa dia telah kembali," ujar Said. "Terakhir kali aku melihatnya dua tahun lalu ketika dia akan meninggalkan Prancis. Saya tidak punya kata-kata, saya baru mengetahuinya pagi ini."
Foued Mohamed Aggad adalah orang terakhir dari tiga penyerang Bataclan yang telah berhasil diidentifikasi. Ketiganya berkewarganegaraan Prancis.
Dua orang lainnya, Omar Ismail Mostefai, 29 tahun, dan mantan sopir bus Paris, Samy Amimour, 28 tahun, juga pernah berada di Suriah.
Dua dari tiga orang bersenjata meledakkan diri dengan rompi bunuh diri yang berisi bahan peledak. Orang ketiga ditembak polisi yang menyerbu gedung Bataclan dengan ratusan orang masih di dalam.
MSN | YON DEMA