TEMPO.CO, WASHINGTON - Syed Farook, ayah pelaku penembakan di San Bernardino, menggambarkan putranya terobsesi dengan Israel secara negatif. Dalam wawancara dengan harian Italia La Stampa, Farook mengatakan, dia pernah menghibur putranya dengan berjanji bahwa Israel tidak akan ada lagi dalam dua tahun mendatang karena “Cina, Rusia, dan Amerika akan mengembalikan para Yahudi kembali ke Ukraina.”
Dalam laporan di harian La Stampa, Ahad lalu, Farook mengatakan: “Putraku mengatakan dia mendukung ideologi Al Baghdadi (pemimpin ISIS Abu Bakr Al Baghdadi) dan pembentukan Negara Islam. Dia juga terobsesi dengan Israel.”
Putra Farook, Syed Rizwan Farook, bersama istrinya, Tashfeen Malik, diduga melakukan penembakan massal di sebuah pesta Natal di San Bernardino, 2 Desember lalu. Empat belas orang tewas dan 21 luka-luka. Para korban adalah rekan-rekan kerja mereka di Departemen Kesehatan Lingkungan. Keduanya tewas dalam baku tembak oleh polisi beberapa saat kemudian.
Sang ayah mengaku marah saat pertama kali melihat putranya membawa senjata. “Saya marah. Saya berteriak, ‘selama 45 tahun tinggal di Amerika Serikat, saya tidak pernah punya senjata.’ Dia mengangkat bahu sambil berkata, ‘itu kerugian kamu’,” kata sang ayah, seperti dilaporkan CNN, kemarin.
Dia menyesali diri tidak dapat menghentikan aksi putra dan menantunya. “Saya tidak bisa memaafkan diri sendiri. Mungkin jika saya di rumah, saya bisa menemukan mereka dan menghentikannya,” katanya saat diwawancarai La Stampa di Corona, California.
Farook senior lahir di Pakistan dan tiba di Amerika Serikat pada 1973. Keluarganya digambarkan sangat membaur dengan masyarakat Amerika dan hampir menjadi wujud nyata dari “impian Amerika”.
Namun laporan lain yang dilansir New York Times menyebut Farook bercerai dengan istrinya, Rafia, juga kelahiran Pakistan pada 2006. Alasannya, dia kerap melakukan kekerasan, alkoholik, serta suka memukuli istri dan anak-anaknya.
Dalam wawancara dengan La Stampa, Farook membantah tuduhan itu. “Ibunda Rizwan sangat religius, dan mereka bersatu melawan saya. Anak saya menyebut saya orang yang tak bertuhan, dan dia memutuskan pernikahan saya dengan istri saya harus berakhir,” katanya. “Mereka menghancurkan keluarga.”
Presiden Barack Obama dalam pidatonya, Ahad malam waktu setempat, menggambarkan serangan di San Bernardino sebagai “tindakan terorisme yang didesain untuk membunuh orang-orang tidak bersalah.”
Namun Obama membantah bahwa pasangan suami-istri itu terkait dengan organisasi teroris. “Sejauh ini kami tidak punya bukti bahwa para pembunuh diarahkan oleh organisasi teroris di luar negeri, atau mereka bagian dari konspirasi yang lebih luas di dalam negeri,” kata Obama seperti dilaporkan CNN.
Sebelum pengakuan ayah tersangka, ISIS menyebut pasangan tersebut sebagai pendukung kelompoknya. Malik, istri Rizwan, mengunggah sumpah kepatuhan kepada Al Baghdadi di laman Facebook-nya. Namun menurut pengamat militer CNN, Rick Francona, pengakuan ISIS dan Malik itu bukan berarti mereka adalah anggotanya.
Menurut Francona, ISIS, saat mengaku bertanggung jawab atas suatu serangan, akan menyebut penyerang sebagai “tentara” atau “kesatria”, bukan pendukung. Bersama dukungan itu, ISIS mendorong para simpatisannya melakukan serangan serupa.
NATALIA SANTI | TIMES OF ISRAEL | FOX | CNN