TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok militan yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim berada di balik aksi serangan penembakan di San Bernardino, California. Klaim ISIS ini disampaikan tiga hari setelah lelaki kelahiran Amerika Serikat, Syed Rizwan Farook, 28 tahun, dan istrinya yang berasal dari Pakistan, Tashfeen Malik, 29 tahun, menembakkan senapan mesin ke tengah pesta di San Bernardino, 60 kilometer timur Kota Los Angeles.
Pasangan yang menitipkan anak mereka yang berusia 6 bulan ke saudaranya itu tewas dua jam kemudian setelah baku tembak dengan polisi.
ISIS juga menyatakan pasangan suami-istri yang menembak 14 orang itu adalah pengikutnya. "Dua pengikut ISIS melancarkan penyerangan beberapa hari lalu di San Bernardino di California," kata ISIS, seperti dikutip Reuters, Minggu, 6 Desember 2015.
Jika penembakan yang terjadi pada 2 Desember lalu itu terbukti tindakan ekstremisme dilatarbelakangi agama, itu akan menjadi serangan paling mematikan di Amerika Serikat sejak 11 September 2001.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson kepada The New York Times menuturkan Amerika Serikat tengah memasuki "babak baru" ancaman global ekstremisme.
Menurut Johnson, kelompok teroris seperti ISIS merekrut secara tidak langsung orang-orang untuk menyerang Amerika Serikat dari dalam.
"Kami telah mengamati hal ini, bukan hanya di tempat ini, tapi juga di negara lain. Model serangan seperti ini membutuhkan pendekatan baru," ucap Johnson.
Sejumlah pejabat FBI berujar, Farook dan Malik diduga terinspirasi kelompok-kelompok garis keras di luar negeri. Selain itu, ISIS diduga tidak mengetahui pasangan suami-istri itu.
Pihak keamanan Amerika belum menemukan bukti bahwa pasangan Farook dan Malik adalah bagian dari kelompok tergalang lebih besar atau jaringan terorisme internasional.
Sejumlah anggota keluarga mengatakan Malik dan ayahnya meninggalkan pandangan Islam yang modern dan menjadi radikal sepulang dari Arab Saudi. Dari pandangan yang radikal itulah, mereka diduga melancarkan aksinya secara sendirian tanpa harus terlibat dalam organisasi besar.
REUTERS | AP | NEW YORK TIMES