TEMPO.CO, PARIS -Seorang pria bertampang Arab berdiri di Place de la Republique, Paris. Di dekat patung yang dikelilingi buket kembang dan beragam surat duka kepada para korban, dukungan ke masyarkat Muslim dan juga Prancis, ia berdiri sambil mengangkat kertas besar di dadanya.
Pesan tulisan berbahasa Prancis dan Arab. “Saya Muslim. Saya bukan teroris. Kami cinta orang-orang di sini, di Prancis,” pria tersebut menerjemahkan tulisan yang dipegangnya kepada Tempo, Kamis 19 November 2015.
Gerimis petang itu tak membuatnya enyah dari plaza yang selalu penuh orang setelah serangan teroris Jumat 13 November 2015 malam lalu di beberapa lokasi yang ramai di Paris, baik yang dengan bom maupun hujan tembakan. Tak pernah lama sendirian, beberapa orang mendatanginya hanya dalam hitungan menit.
Obrolan pun terjadi. Ada yang sebentar, ada pula yang agak panjang. Tak sedikit yang memeluknya. Bahkan seorang perempuan muda merangkulnya lama setelah obrolan agak panjang.
Pria tersebut adalah seorang pengungsi dari Suriah. Ia adalah Anas al-Ayoubi. Pria 35 tahun ini datang ke Prancis setahun silam, lewat Turki. Ia datang mencari sebuah kehidupan. Namun beberapa serangan teroris di Paris seperti Januari lalu di mana kantor Charlie Hebdo diserang dan Jumat malam lalu membuatnya lebih sulit.
Maka ketika serangan terjadi Jumat malam lalu Anas pun langsung berniat melakukan sesuatu. “Saya sudah empat hari di sini, melakukan ini,” ujarnya. “Dari pukul 3.30 hingga 10 malam.”
SIMAK: Si Cantik, Pengembom Bunuh Diri, Sepupu Otak Teror Paris?
Respon yang diterimanya kebanyakan bagus. Setiap hari ratusan orang menghampirinya. Kebanyakan pada ramah. Banyak yang memberikannya semangat. “Terima kasih untuk pesan yang Anda sampaikan, Anda Muslim dan Anda bukan teroris. Muslim bukan teroris,“ katanya, sambil menambahkan bahwa banyak orang Nasrani yang mendatanginya. Banyak pula yang memeluknya. “Bahkan ada seorang perempuan menangis.”
SIMAK: EKSKLUSIF TEMPO: Saint Denis, Seusai Penggerebekan Teroris Paris
Selama empat hari aksi tersebut hanya dua kali ia mendapat respon negatif. Pertama, seorang pria menghampirinya dan mengatakan langsung kepadanya: Muslim teroris. “Itu dilakukan orang Arab dengan bahasa Arab,” ujarnya.
Kali lain, ada orang yang ngedumel: Islam, teroris…. Anas pun mengajaknya bicara. “Tenanglah, kita bisa bicara, tapi dengan tenang,” Anas mengulang ajakannya ke orang tersebut. Tetapi jawaban yang diterimanya: tidak…tidak… Pria tersebut langsung pergi.
Anas ingin menjelaskan ke publik bahwa tindakan teror bukan atas nama Islam. Ia juga mengucapkan terima kasih bahwa ia diterima selama ini di Paris. Ia menyatakan tak mendapat perlakuan buruk.
Anas tak sendirian di Place de la Republique. Seorang temannya bergabung melakukan aksi serupa. “Ia bilang mau gabung, ya saya ajak saja, ayuk.”
SIMAK: EKSKLUSIF: Serunya Cerita Penggerebekan Teroris Paris
Anas tak khawatir, atau bahkan takut, akan menjadi sasaran kemarahan atau “balas dendam”. Tampang Arab dan janggutnya cukup mengundang perhatian. Apalagi ia berasal dari Suriah, di mana salah satu tersangka teroris memegang paspor Suriah. “Kalau kami harus takut, hanya takut pada Tuhan,” ujarnya.
PURWANI DIYAH PRABANDARI (Paris)