TEMPO.CO, Paris - Serangan bom simultan di sejumlah tempat di Paris pada Jumat malam, 13 November 2015, waktu setempat, telah menewaskan sedikitnya 129 orang dan melukai lebih dari 50 korban lainnya. Inilah para korban tewas itu, terdiri dari mahasiswa, orang tua, dan pengantin baru.
Guillaume Decherf
Dia seorang ayah dari dua orang perempuan dan berprofesi sebagai jurnalis di majalah musik Prancis, Les Inrockuptibles. Dia tewas dalam serangan ketika menyaksikan konser musik band Eagles of Death Metal di gedung Bataclan.
Dari pihak majalah menerangkan, pria 43 tahun itu bekerja di perusahaannya sejak 2008 dan semestinya dia meliput Motorhead di Paris, Ahad depan atau hanya sebulan setelah Decherf meresensi album terakhir Death Metal.
"Seluruh isi editorial majalah dipersembahkan untuk kematiannya. Perasaan kami senantiasa bersama keluarga dan orang-orang yang dicintai," tulis majalah ini dalam situs website.
Aurelie de Peretti
Aurelie de Peretti, 33 tahun, melakukan perjalanan ke Paris selama beberapa hari bersama sahabatnya. Traveling itu dilakukan sebagai hadiah setelah bekerja keras di sebuah restauran di Prancis selatan.
Dia tewas dalam serangan ketika menyaksikan pertunjukan kelompok musik cadas Eagles of Death Metal di gedung konser Bataclan, Paris, Jumat malam, 13 November 2015, waktu setempat.
Ayah Aurelie adalah seorang jurnalis untuk surat kabar dalam naungan Nice Matin. "Tragis, tidak adil, dan sangat sedih atas kehilangan dia," ucap ayahnya, Jean-marie de Peretti, dengan nada pilu.
Dia sedang menghabiskan waktunya beberapa hari di Paris untuk liburan setelah bekerja keras di rumah makan di pantai Prancis selatan pada musim panas lalu. "Perjalanan ke Paris itu hadiah dari perusahaannya," kata ayahnya kepada AFP.
Ayahnya menambahkan, Aurelie adalah seorang disain grafis, cintanya pada musik sangat besar dan pandai memainkan gitar serta piano. "Dia sempat bercerita kepada kami tentang konser musik ini dan ini adalah perjalanannya selama berbulan-bulan. Sekarang, kami tidak akan pernah melihat dia lagi."
Saudara Aurelie, Delphyne, berkata kepada koran Le Parisien, "Aku merasa seperti ada seseorang yang barus saja diamputasi dariku."
Nick Alexander
Keluarga Nick Alexander, warga negara Inggris, yang menjual berbagai pernak pernik Eagles of Death Metal, menyampaikan penghormatan untuk pria berusia 36 tahun itu dalam sebuah pernyataan, "Nick bukan hanya sebagai saudara laki-laki, putra, dan paman kami, melainakn seorang sahabat yang melebihi siapapun. Dia murah hati, lucu, dan sangat setia." Keluarganya menambahkan, "Nick meninggal saat sedang melakukan pekerjaan yang dia cintai."
Helen Wilson mengatakan kepada harian Telegraph, Inggris, dia bersama Nick menyaksikan konser ketika dia tewas. "Dia tidak bernapas lagi, dan aku memeluknya, dia berada dalam pelukanku seraya kukatakan, aku mencintaimu."
Polina Buckley, seorang perempuan tinggal di New York, mengunggah sejumlah foto bersama Nick Alexander. "Selama hidupku, aku selalu mencintaimu Nick," tulisnya.
Nohemi Gonzalez
Nohemi Gonzalez, seorang mahasiswa Universitas California, tewas setelah mendapatkan tembakan ketika berada di restauran Petit Cambodge di Distrik 10, Paris, Jumat malam, 13 November 2015, waktu setempat.
Ibu gadis berusia 23 tahun, Beatrice Gonzales, mengatakan kepada televisi Amerika Serikat, "Nohemi adalah seorang gadis muda yang sangat kuat." Pacarnya, Tim Mraz, mengunggah fotonya di instagram seraya mengatakan, "Aku telah kehilangan seseorang yang sangat penting dalam hidupku."
Gonzales belajar disain di kampus Long Beach, Universitas California. Keberadaannya di paris adalah untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa. "Saya sangat sangat sedih mendengar kabara meninggalnya mahasiswa Long Beach Universitas California, Nohemi Gonzales," kata Jane Close Conoley, Dekan Kampus Longh Beach Universitas California.
Asta Diakite
Sepupun Asta Diakite, pemain sepak bolah nasional Pracis, Lassana Diarra, mengumumkan kematiannya di akun Twitter. "Dia seperti seorang bagi saya."
Lassana Diarra sedang bermain untuk tim Prancis dalam laga persahabatan melawan Jerman di Stade de France ketika tiga ledakan bom itu terjadi pada Jumat malam, 13 November 2015, waktu setempat.
ABC | CHOIRUL AMINUDDIN