TEMPO.CO, Paris - Upaya mengungkap pelaku teror di Paris, Jumat, 13 November 2015, meluas ke sejumlah negara di Eropa. Prancis juga akan menyelidiki kelompok kriminal di dalam negeri karena diduga menyediakan senjata bagi pelaku serangan.
Salah satu bukti awal yang menjadi petunjuk bagi penyelidik adalah ditemukannya jari yang terputus di Gedung Teater Bataclan, tempat tiga orang bersenjata menewaskan 89 orang yang tengah menonton konser band rock Eagles of Death Metal. Sidik jari itu dikenali sebagai milik Omar Ismaïl Mostefai, penjahat kecil warga negara Prancis asal Aljazair.
Jaksa Paris François Molins mengatakan, tersangka lahir di kawasan pinggiran Paris yang miskin, Courcouronnes. Pria itu terdeteksi berpotensi mengalami radikalisasi pada 2010, tapi "tidak pernah diselidiki atau diasosiasikan dengan teroris". Rumah di Courcouronnes yang terkait dengan Ismail digeledah. Ayah, kakak, dan adik iparnya ditahan polisi.
Jaksa Prancis dan Belgia mengatakan, mobil yang diduga digunakan pelaku serangan ditemukan di dekat tempat konser Bataclan. Di dalam mobil hitam yang disewa dari Belgia itu ditemukan tiga senjata Kalashnikov. Mobil itu ditinggalkan di pinggiran Paris timur, Montreuil.
Seorang warga Prancis yang diduga telah menyewa mobil lain yang digunakan dalam serangan itu disetop di perbatasan Belgia, Sabtu pagi. Ia berkendara bersama dua orang. Hingga kemarin, tujuh orang yang ditangkap di Serbia juga diduga terkait dengan serangan di Prancis. Inilah teror paling mematikan kedua sejak Perang Dunia II setelah pengeboman kereta di Madrid pada 2004 yang menewaskan 192 orang.
Molins juga mengatakan paspor Suriah ditemukan tergeletak di dekat mayat dua mujahidin lain yang meledakkan diri di Bataclan. Para pelaku tewas setelah meledakkan diri, tapi ada pula yang ditembak mati aparat keamanan Prancis yang menyerbu masuk ke tempat konser itu untuk membebaskan sandera.
Media Serbia, Blic, juga melansir kabar penemuan paspor milik warga Suriah bernama Ahmed Almuhamed di tempat serangan lainnya di Stade de France. Menurut Blic, pria 25 tahun itu tiba di Pulau Leros, Yunani, pada 3 Oktober, saat dalam perjalanan ke Paris. Dia kemudian melewati Serbia di Miratovce setelah melintasi perbatasan dari Makedonia.
Pihak berwenang mengatakan, ketika melewati Serbia, Almuhamed tak bersenjata. Itu berarti ia mendapatkan senjata saat dalam perjalanan ke Paris. Aparat keamanan Prancis meminta bantuan Serbia karena negara itu mendata semua pengungsi yang masuk.
The Guardian | Reuters | The Mirror |ABDUL MANAN