TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat Metrojet dengan penerbangan 9268 milik maskapai Rusia diduga mengalami patah di udara sebelum jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir. Fakta ini diungkapkan seorang pejabat senior di Komite Penerbangan Interstate Rusia, seperti dilansir kantor berita RIA-Novosti di Kairo, Ahad, 1 November 2015.
Victor Sorochenko, pejabat pada Komite Penerbangan Antarpemerintah atau MAK mengatakan hal itu setelah meninjau lokasi tempat jatuhnya pesawat di Semenanjung Sinai, Mesir. Setidaknya, ada 224 orang tewas dalam pesawat milik maskapai asal Rusia, Kogalymavia. "Dari fakta yang ada, ada fragmen patahan menyebar di area luas dari udara" kata Viktor Sorochenko.(baca:Metrojet Rusia Terbelah Dua di Sinai, Penumpang Tewas di Kursi)
MAK adalah badan Rusia yang menginvestigasi kecelakaan pesawat tersebut. Sorochenko ditunjuk Pemerintah Rusia untuk memimpin sejumlah ahli kecelakaan udara melakukan penyelidikan di Mesir. Penyelidikan internasional dimulai dengan mencari tahu alasan pesawat turun dan mengurangi ketinggian. (baca:Sebelum Jatuh, Inilah yang Dilakukan Pilot Metrojet Rusia). Hingga saat ini, kotak hitam pesawat itu telah ditemukan dan masih dianalisis.
Metrojet Rusia ini lepas landas dari Bandara Internasional Sharm el-Sheikh, Mesir, dan terbang menuju Kota St Petersburg, Rusia. Selang 23 menit kemudian, pesawat gagal melakukan kontak dengan pihak Air Traffic Control (ATC) di Siprus dan tidak terdeteksi radar. Pesawat dinyatakan hilang di ketinggian 9.400 meter dan hilang dari radar.
WDA | REUTERS | RIA NOVOSTI
Baca Juga: