TEMPO.CO, New York - Setelah lebih dari enam dekade menghiasi media dunia dengan gambar perempuan tak senonoh, akhirnya majalah khusus dewasa, Playboy, akan mengubah desain dan tampilannya.
Para pelanggan majalah asal Amerika Serikat tersebut tidak akan lagi mendapati gambar wanita telanjang terhitung mulai edisi musim semi berikutnya.
Hal itu disampaikan direktur eksekutif perusahaan Scott Flanders dalam artikel di harian New York Times pada Senin, 12 Oktober 2015, seperti yang dilansir Time, Selasa, 13 Oktober 2015.
Pernyataan dari CEO Playboy Enterprise tersebut disampaikan setelah berkonsultasi dengan pendiri majalah yang dikecam kehadirannya di Indonesia itu, Hugh Hefner.
Flanders menceritakan, pertemuan bulan lalu antara Hefner 89 dan Cory Jones, kepala petugas konten perusahaan, menyepakati bahwa era erotika percetakan sudah tidak efektif dan telah berakhir.
Konsensus di antara eksekutif majalah yang telah berusia 62 tahun tersebut adalah Internet telah memuaskan permintaan pelanggan untuk pencetakan gambar eksplisit.
“Kini Anda hanya membutuhkan satu klik untuk menemukan segala sesuatu terkait dengan seks seperti yang Anda bayangkan secara gratis. Itu hal biasa di zaman sekarang,” kata Flanders kepada New York Times.
New York Times melaporkan bahwa sirkulasi Playboy telah menurun dari 5,6 juta pada 1975 menjadi sekitar 800 ribu pada tahun ini. Edisi cetak AS kehilangan sekitar US$ 3 juta per tahun.
Rebranding dan desain baru dari Playboy pada edisi berikutnya tetap akan menampilkan perempuan eksotis, tapi kali ini para model tidak akan sepenuhnya telanjang lagi.
Hal itu dimaksudkan untuk menargetkan pelanggan yang segar dan lebih muda, tapi masih laki-laki, salah satu yang menghargai bukan hanya foto-foto sugestif, tapi juga tradisi majalah yang tetap memuat jurnalisme sastra dan fiksi.
TIME | YON DEMA