TEMPO.CO, Kabul - Taliban mengklaim bahwa mereka berhasil mengontrol sebagian besar kota di sebelah utara Kunduz setelah berhari-hari bertempur intensif melawan pasukan Afganistan dukungan gempuran udara Amerika Serikat.
Sebelumnya, pada Ahad, 4 Oktober 2015, pasukan pemerintah yang mencoba mengambil alih kota, mengatakan, mereka telah meraih sejumlah kemenangan namun sebagaimana informasi diperoleh Al Jazeera kemenangan tersebut berumur pendek.
Wartawan Al Jazeera, Qais Azimy, dalam laporannya dari Puli Khumri di sebelah selatan Kunduz, menerangkan, pada sekitar pukul 12.00 GMT, para pejuang Taliban melancarkan serangan balik mengusir pasukan pemerintah yang sebelumnya mereka kuasai.
Beberapa warga di Kunduz mengatakan kepada koresponden Al Jazeera, lebih dari 100 tewas tetapi sulit menghitung jumlah korban meninggal di lapangan termasuk korban cedera yang terperangkap di rumah masing-masing karena perang berlangsung. Foto-foto juga menunjukkan jalanan di kota dipenuhi mayat bergelimpangan.
"Suasananya sangat rapuh. Pejabat keamanan Afganistan mengatakan kepada kami bahwa mereka menderita akibat kurangnya kepemimpinan dan koordinasi," ucap Azimy.
Kendati telah mengerahkan 7.000 pasukan, koresponden Al Jazeera melaporkan, pemerintah masih tak sanggup mengambil alih kota strategis itu. Dalam sebuah sentakan besar kepada pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, Taliban melancarkan sebuah serangan dan menguasai kota strategis pada Ahad, 4 Oktober 2015.
"Mereka juga mengatakan kepada kami bahwa mereka bergerak lambat sebab mereka mengakui para pejuang Taliban bersembunyi di kawasan permukiman. Mereka mengatakan, mereka menghindari korban sipil sehingga mereka harus berperang dari pintu ke pintu."
Seorang warga Kunduz yang berhasil lolos ke Kota Puli Khumri juga membenarkan kepada Al Jazeera bahwa pejuang Taliban telah menguasai seluruh rumah penduduk sipil dan melarang warga meninggalkan kediaman mereka.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN