Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ahmed Mohamed, Bocah Muslim Perakit Jam Diborgol di Depan Kelas

image-gnews
Tagar #IStandWithAhmed muncul di media sosial sebagai aksi solidaritas untuk Ahmed Mohamed. Presiden Obama, Mark Zuckerberg, dan sejumlah tokoh turut mendukung aksi ini. Tmblr.com
Tagar #IStandWithAhmed muncul di media sosial sebagai aksi solidaritas untuk Ahmed Mohamed. Presiden Obama, Mark Zuckerberg, dan sejumlah tokoh turut mendukung aksi ini. Tmblr.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kisah Ahmed Mohamed, siswa MacArthur High School, Texas Amerika Serikat dengan jam digital buatannya yang disangka bom mengundang banyak perhatian. Terutama setelah mereka mengetahui, Ahmed tak harus menjalani perlakuan tak adil atas kecintaannya terhadap pengetahuan.

Ahmed, bocah 14 tahun itu ditangkap polisi akibat  jam rakitannya dicurigai sebagai bom.  Ahmed semula membawa jam hasil kreasinya, untuk ditunjukkan kepada guru pelajaran tekniknya. Namun alarm jam digital itu berdering saat kelas bahasa Inggris berlangsung.

Seorang guru yang melihat peristiwa itu menuduh Ahmed membawa bom. Jam itu akhirnya disita, sang guru dan Kepala Sekolah menarik Ahmed dari kelas, lalu menginterogasinya. Rupanya, sekolah memanggil polisi untuk menginterogasi Ahmed Mohamed.

Ahmed berulang kali bersikeras mengatakan, alat yang dibawanya adalah jam digital rakitan sendiri. Namun guru dan polisi tak percaya.  “Mereka membawa saya ke sebuah ruangan berisi lima polisi. Mereka menggeledah saya dan bertanya, apakah saya membuat bom. Saya jawab tidak. Tapi seorang polisi menyebut jam saya mirip bom di film,” kata Ahmed Mohamed.

Ahmed kemudian digelandang dari sekolah dengan tangan diborgol seperti pelaku kriminal.  Pemborgolan itu dilakukan di depan kawan-kawan sekelas Ahmed.

Setelah insiden pada Senin itu, Mohamed diskors selama tiga hari dan masih menghadapi ancaman pidana membuat bom palsu, meski ia berkukuh yang dibuatnya adalah jam.

Seperti dilansir Dallas Morning News,  Kepala Polisi Distrik Irving Texas, Larry Boid berdalih,  pemeriksaan Ahmed penting untuk mencegah kewaspadaan. "Kami  hidup di zaman ketika Anda tidak bisa membawa alat seperti itu ke sekolah. Tentu saja kita sudah pernah melihat hal-hal buruk terjadi di negara kita, jadi harus tetap waspada," ujarnya memberikan alasan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ayah Ahmed, Mohamed Elhassan Mohamed mengakui anaknya memiliki kemampuan lebih di bidang teknik. Selama ini, Ahmed selalu memperbaiki ponsel, mobil, hingga komputer miliknya. Namun ia kecewa, melihat anaknya diperlakukan tak adil.

Peristiwa ini baru pertama kali terjadi, mengingat dia sudah tinggal di Amerika Serikat lebih dari 30 tahun." Ini seperti bukan Amerika," kata Mohamed. Sang ayah menceritakan, bagaimana anaknya diinterogasi berulang kali, dan ditanya soal nama belakangnya. Termasuk mengapa Ahmed diborgol layaknya teroris berbahaya, di depan kawan-kawannya.

DALLAS MORNING NEWS | THEVERGE.COM | MECHOS DE LAROCHA

Video Terkait:



Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran