TEMPO.CO, Damaskus - Pasukan bersenjata Suriah ditarik keluar dari pangkalan udara di sebelah barat daya Suriah setelah selama dua tahun dikepung pemberontak.
Dalam sebuah siaran singkat, Rabu, 9 September 2015, stasiun televisi pemerintah melaporkan, garnisun angkatan bersenjata yang mengontrol pangkalan militer di Provinsi Idlib telah dievakuasi.
Saat ini pemberontak berhasil menguasai hampir seluruh pangkalan udara Suriah di Idlib setelah mereka mengepung militer pemerintah di kawasan tersebut selama kurang-lebih dua tahun.
Seorang sumber yang tak menyebutkan jati dirinya mengatakan kepada Aljazeera bahwa organisasi yang berafiliasi dengan Al-Qaidah, Front Nusra, meningkatkan serangan terhadap pengkalan militer saat terjadi badai pasir.
"Pasukan rezim tak bisa menggempur kawasan tersebut karena pesawat tempur mereka tidak sanggup melakukan tembakan secara akurat dan mereka tidak bisa melihat keadaan di pangkalan," kata sumber.
"Pada saat demikian, Nusra meningkatkan serangan dan menguasai sejumlah bagian di pangkalan udara militer," sumber itu menuturkan. Dia menambahkan, tidak semua pasukan pemerintah ditarik keluar dan perang sengit masih berlangsung.
Front Nusra adalah bagian dari Angakatan Bersenjata Fattah, sebuah koalisi dari kelompok pemberontak di Suriah, yang menguasai Idlib pada Maret 2015.
Menurut organisasi pemerhati hak asasi manusia berbasis di London, Syrian Observatory for Human Rights, selain menguasai hampir seluruh pangkalan militer pada Rabu, 9 September 2015, Front Nusra menguasai pusat komando.
Idlib adalah kawasan yang berbatasan dengan Turki. Sedangkan Kota Idlib adalah ibu kota provinsi kedua yang dikuasai pasukan anti-pemerintah. Sementara itu, Kota Raqqa diambil alih oleh milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang berperang, baik melawan pasukan pemerintah Suriah maupun pemberontak, termasuk Front Nusra.
ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN