TEMPO.CO, JENEWA—Perserikatan Bangsa-bangsa memperingatkan jika blokade Israel dan memburuknya perekonomian terus terjadi, bukan tak mungkin Jalur Gaza akan menjadi kota tak layak untuk dihuni pada 2020 nanti. Peringatan ini disampaikan Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporan terbaru yang dirilis pada Selasa lalu.
“Konsekuensi yang berhubungan dengan keamanan, kesehatan, dan sosial akibat terlalu padatnya populasi adalah satu dari beberapa faktor yang bisa membuat Gaza tak layak dihuni pada 2020 nanti,” demikian isi laporan UNCTAD. Menurut laporan tersebut, perang telah membuat populasi penduduk kota itu melarat dan bergantung pada bantuan kemanusiaan dari dunia.
Gaza, daerah kecil sekitar 362 kilometer persegi yang terjepit di antara Israel, Mesir, dan Laut Mediterania, yang merupakan rumah bagi sekitar 1,8 juta warga Palestina, menjadi salah satu penduduk terpadat di dunia. Meski kepadatan tinggi bukanlah hal yang baru, situasi ini diperburuk oleh tiga operasi militer Israel selama enam tahun terakhir dan blokade ekonomi selama satu dekade.
Agresi militer terakhir Israel pada tahun lalu menyebabkan 500 ribu penduduk kehilangan rumah dan terpaksa mengungsi hingga kini. Serangan terakhir itu menurut UNCTAD telah menyebabkan kerugian ekonomi hampir tiga kali ukuran produk domestik bruto lokal Gaza. Sebanyak 247 pabrik dan 300 pusat komersial hancur, serta kerusakan parah terjadi pada pembangkit listrik Gaza. Kondisi sosial ekonomi di Gaza saat ini berada pada titik terendah sejak 1967, ketika Israel merebut wilayah dari Mesir dalam Perang Enam Hari.
“Blokade ini menghancurkan infrastruktur Gaza yang sudah lemah, menghancurkan basis produksi, tidak meninggalkan apapun untuk rekonstruksi maupun pemulihan ekonomi dan kemiskinan yang melanda populasi Palestina di Gaza.”
REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI