TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Malaysia Najib Razak atas skandal keuangan masih memenuhi jalan-jalan di Ibu Kota meskipun telah ada peringatan polisi bahwa demonstrasi itu ilegal.
Kebanyakan dari mereka yang membanjiri jalanan mengenakan kaos kuning yang berasal dari gerakan Bersih, sebuah koalisi untuk pemilu yang bersih dan adil. Padahal, pihak berwenang telah memblokir situs penyelenggara dan melarang mengenakan pakaian kuning dan logo kelompok dalam upaya untuk mencegah aksi unjuk rasa.
Polisi memperkirakan, seperti dikutip dari laman Washington Post, sekitar 25.000 orang berada di lokasi unjuk rasa pada Sabtu, 29 Agustus 2015. Sementara Bersih mengatakan 200.000 orang akan berpartisipasi pada hari puncak. Rapat umum itu dijadwalkan berlangsung sampai tengah malam Minggu.
Najib kini dipercaya harus berusaha untuk mempertahankan posisi politiknya setelah dokumen yang bocor pada Juli 2015. Dokumen itu menunjukkan ia menerima sekitar 700 juta dolar di rekening pribadinya dari entitas terkait dengan proyek negara 1MDB.
Najib, yang membela diri, mengatakan uang itu merupakan sumbangan dari Timur Tengah. Najib diketahui telah memecat wakil perdana menteri dan empat anggota kabinet lainnya serta Jaksa Agung yang menyelidiki dia.
"Najib tidak bisa menjadi perdana menteri. Dia tidak memiliki kredibilitas," kata pengunjuk rasa Abdul Wahid. Pengunjuk rasa lain, Mooi Lai, mengatakan datang karena ayahnya, 82 tahun, telah kehilangan haknya sejak pemerintah menolak mengeluarkan kartu identitas untuknya selama 20 tahun.
Aksi unjuk rasa terbesar dalam sejarah Malaysia initidak hanya berlangsung di Ibu kota, tetapi juga di kota-kota lain di seluruh Malaysia.
WASHINGTON POST | MECHOS DE LAROCHA