Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

image-gnews
Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro
Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro
Iklan

TEMPO.CO, Warsawa - Dia mempunyai keahlian yang tak dimiliki semua orang: konservasi kertas dan kulit. Anna Sembiring sehari-hari menjabat konservator senior Museum Polin, museum sejarah Yahudi di Polandia. Museum Polin, yang baru diresmikan setahun lalu, merupakan museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa. Di sini tak hanya tersimpan manuskrip dan benda-benda budaya bangsa Yahudi yang berumur ratusan tahun, tapi juga jejak perjalanan bangsa itu, terutama di Polandia. Dan tugas Anna menjaga semua benda itu.

Wartawan Tempo, L.R. Baskoro, atas undangan Kedutaan Besar Polandia, pada pertengahan Juni lalu mengunjungi museum ini dan melakukan wawancara dengan Anna, yang lahir dari ibu berwarganegaraan Polandia dan ayah bersuku Batak Karo.

Dari kamarnya di lantai dua, perempuan itu memantau "isi perut" Museum Polin, yang terletak di jantung Kota Warsawa, Polandia. Kamar yang juga berfungsi sebagai ruang kerja tersebut cukup luas, seukuran hampir separuh lapangan bulu tangkis. Sebuah meja besar, terbuat dari kayu cukup tebal, terbentang di tengah ruangan.

Yang menyedot perhatian di ruangan itu adalah beberapa perangkat untuk mengkonservasi koleksi museum, yang biasa disebut "eksponat". Itulah perangkat vital yang digunakan Anna meneliti dan memperbaiki benda-benda bernilai historis untuk kemudian dipamerkan di Museum Polin.

"Ini untuk menghilangkan dan menyedot racun kimia yang mungkin menempel di eksponat," kata perempuan 36 tahun tersebut. Alat yang ditunjuk Anna berbentuk kotak, dilengkapi semacam tabung di atasnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menjabat konservator senior di museum yang didirikan Kementerian Kebudayaan dan The Association of the Jewish Historical Institute of Poland, tugas Anna terhitung berat. Dialah yang senantiasa memeriksa semua eksponat, terutama yang terbuat dari kertas dan kulit.

Benda-benda itu diletakkan di tempat khusus yang bahannya tidak terbuat dari material sembarangan. Kotak kaca, misalnya, mesti dilengkapi dengan filter ultraviolet, karena radiasi ultraviolet sangat berbahaya untuk tekstil dan kertas. Selain itu, mesti ada silika gel, yang berfungsi mengurangi kelembapan.

Sejumlah perangkat teknologi canggih—siang-malam—juga menjaga koleksi Museum Polin yang berjumlah sekitar 10 ribu benda. "Begitu pengunjung meningkat, suhu harus disesuaikan, supaya sirkulasi udara tetap terjaga," ujarnya. "Jika tidak, koleksi museum yang ada di ruangan rusak." Kata "rusak" tentu saja hal yang sangat tidak diinginkan orang-orang seperti Anna.

L.R. BASKORO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Ilustrasi. wikimedia.org
Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.


Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Seorang warga Suku Dayak Landak menngoperasikan kameranya jelang ikuti Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, 22 Agustus 2015. Karnaval Katulistiwa tersebut akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Agustus 2015 siang nanti. TEMPO/Subekti
Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.


HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

Sejumlah peserta bersaing ketat di lintasan balap kuda, agar dapat keluar sebagai juara di perlombaan Vesta Fillies' Handicap. Lingfield, Inggris, 13 Agustus 2015. Justin Setterfield/Getty Images
HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.


Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.


Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Maria Felicia Gunawan berasal dari SMAK Penabur Gading Serpong, Provinsi Banten. Tempo/Aditia Noviansyah
Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.


Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Finalis Indonesian Idol asal Medan Di Muhammad Devirzha atau Virzha. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.


Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Seorang pengendara sepeda menghadang laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Aksi Elanto Wijoyono, pria pemberani tersebut membuat heboh Nitizen di sejumlah sosial media. youtube.com
Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.


Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Jusuf Kalla. ANTARA/Ismar Patrizki
Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.


Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Pasukan Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.


Soal Lambang PKI Saat Kirab, Luhut: Tak Usah Terlalu Serius

18 Agustus 2015

Luhut Binsar Panjaitan. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Soal Lambang PKI Saat Kirab, Luhut: Tak Usah Terlalu Serius

Menkopolhukan Luhut Binsar Panjaitan menilai kemunculan simbol komunis dalam perayaan kemerdekaan Indonesia kemarin sebagai hal yang biasa.