TEMPO.CO, Moskow – Kepolisian Rusia tengah menyelidiki sebuah perlombaan online di salah satu media sosial populer yang menawarkan hadiah buat foto “selfie terbaik bersama mayat”.
Sebuah grup di VK, Facebook versi Rusia, yang memiliki 70 juta pengguna harian, mendorong anggotanya untuk mengunggah foto selfie mereka bersama orang-orang mati dan menawarkan hadiah untuk foto terbaik. Begitu bunyi pernyataan polisi Rusia, Senin (17/8).
Komunitas yang diberi nama “Selfie Bersama Mendiang” ini menjanjikan hadiah uang sebesar 1.000-5.000 rubel (Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta) untuk selfie terbaik bersama mayat.
Pihak admin telah menetapkan aturan untuk kompetisi ini yang mengharuskan peserta kompetisi selfie berpose sambil tersenyum karena sang mendiang “telah pergi ke tempat yang lebih baik”.
Halaman “Selfie Bersama Mendiang” ini dipenuhi foto-foto mereka yang berpose bersama mayat di rumah-rumah duka.
Komunitas yang telah memiliki sekitar 500 anggota ini masih ada di VK hingga Senin pagi waktu setempat.
Baca Juga:
Komunitas ini menarik perhatian penegak hukum setelah mereka menetapkan hadiah Rp 1 juta untuk sebuah foto selfie bersama mayat gadis 13 tahun yang tewas akibat kecelakaan lalu lintas di Syktyvkar, sebuah kota di utara Rusia.
“Kami tengah bekerja untuk mencari kejelasan mengenai laporan ini dan berusaha memastikan apakah ada individu atau sekelompok orang di balik semua ini,” ujar juru bicara kepolisian Syktyvkar, Alexander Shidyusov.
Shidyusov mengatakan penyelidikan itu masih dalam tahap awal dan tak bisa dipastikan hukuman yang bakal mengancam pihak panitia perlombaan itu.
Profil dari administrator utama komunitas tersebut yang bernama Alfred Polyakov telah diblokir karena aktivitas mencurigakan.
Polyakov, yang menggambarkan dirinya sebagai profesor universitas berusia 28 tahun dari Donetsk, mengaku mendirikan komunitas itu sebulan yang lalu.
“Kami menciptakan kelompok ini untuk mengubah sikap kebanyakan orang terhadap kematian,” katanya.
“Pertama, kami tak mengizinkan anak-anak di bawah umur mengikuti kompetisi ini. Kedua, kami akan menerbitkan foto itu hanya jika keluarga mendiang menandatangani pernyataan yang menyebut mereka tak keberatan.
“Tak ada hal buruk di dalamnya jika kita berfoto dengan penuh cinta bersama keluarga kita yang telah meninggal.”
Terlepas dari fakta bahwa banyak orang merasa jijik terhadap perlombaan ini, Polyakov mengklaim kegiatan ini justru menguntungkan bagi sang mendiang dan keluarganya.
“Dengan kontes ini, kami melakukan hal yang baik, yaitu berusaha membantu keluarga mendiang untuk menebus kesedihan mereka. Dan, tentu saja, ada uang tunai 5.000 rubel jika mereka menang, dan itu sangat banyak.”
“Kematian adalah awal dari kehidupan baru,” ia menambahkan sambil membela kompetisi aneh ini dengan membandingkannya dengan tradisi berfoto bersama mayat di Inggris pada era Ratu Victoria. Ketika itu, banyak yang berfoto bersama anggota keluarga mereka yang telah meninggal untuk dijadikan kenang-kenangan.
DAILYMAIL | A. RIJAL