TEMPO.CO, Melbourne - Larangan merokok memicu kerusuhan di penjara Melbourne, Australia, selama dua hari terakhir. Polisi bersenjata lengkap terpaksa membubarkan kerusuhan yang melibatkan 300 narapidana yang mengakibatkan sejumlah narapidana cedera.
Lembaga Pemasyarakatan Metropolitan Remand di Ravenhall, Melbourne, masih ditutup setelah kerusuhan selama 15 jam. Narapidana mempersenjatai diri dengan pentungan dan batang besi dari gudang pertanian di penjara tersebut. Polisi menyerbu masuk pada dinihari serta menggunakan gas air mata untuk membubarkan aksi.
"Saya sangat lega tidak ada cedera serius," kata Menteri Kepolisian Wade Noonan.
Kerusuhan tersebut dipicu oleh larangan merokok di penjara-penjara di Victoria yang mulai berlaku Rabu ini. Menteri Besar Victoria Daniel Andrews bersikeras tidak akan berpikir ulang untuk kebijakan itu. Lembaga Pemasyarakatan Victoria mengatakan mulai 1 Juli tidak ada seorang pun yang diizinkan merokok di kawasan penjara. Tembakau, pipa, korek api akan dianggap sebagai barang gelap.
"Penjara yang bebas rokok akan memberikan lingkungan kerja sehat dan lebih aman bagi setiap orang, sistem penjara yang lebih aman, dan kualitas hidup lebih baik bagi orang-orang yang berhenti merokok," katanya.
Namun dengan jumlah napi perokok yang cukup tinggi, banyak yang keberatan dengan kebijakan itu. Brett Collins, mantan narapidana dan juru bicara Aksi Keadilan, menyebut pelarangan tersebut sebagai "menggencet" dan "pengabaian hak asasi mereka". "Orang-orang itu sangat marah. Mereka tidak akan rugi banyak," katanya.
Australia menggelar kampanye anti rokok di beberapa penjara. Selain di Victoria, pelarangan serupa juga akan diberlakukan di New South Wales mulai 10 Agustus mendatang.
BBC | RAJU FEBRIAN