TEMPO.CO, Damaskus - Jet tempur Angkatan Udara Suriah melancarkan sedikitnya 15 gempuran di dalam dan sekitar kota tua Palmyra, Senin, 25 Mei 2015, menyusul jatuhnya kota warisan dunia tersebut ke tangan kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Organisasi hak asasi manusia Syrian Observatory for Human Rights mengatakan pasukan militer pemerintah terus-menerus melakukan gempuran udara sejak milisi itu mengambil alih kota pada Kamis pekan lalu.
"Sejak pagi ini, Angkatan Udara pemerintah melancarkan serangan setidaknya 15 gempuran di Palmyra dan kawasan sekitarnya," kata Direktur Observatory, Ramli Abdel Rahman. Dia mengatakan ada korban jiwa akibat serangan itu, tapi belum mengetahui persis jumlahnya.
Sasaran serangan udara tersebut, menurut Rahman, adalah beberapa kawasan di Palmyra, termasuk sejumlah tempat peninggalan Yunani-Romawi, situs yang menjadi warisan dunia dan dilindungi Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan (UNESCO).
ISIS dituding telah mengeksekusi ratusan orang di dalam dan sekitar Palmyra sejak mereka menguasai kota oasis tersebut pekan lalu. Observatory menerangkan, pada Ahad, 24 Mei 2015, sebuah dokumen menyebutkan mereka mengeksekusi setidaknya 217 orang, di antaranya 67 warga sipil, termasuk 14 anak.
Beberapa korban itu, tutur Rahman, tewas dengan kepala dipenggal. "Mereka juga mengambil 600 orang dari penjara."
Sementara itu, media pemerintah Suriah melaporkan sedikitnya 400 warga sipil tewas dibunuh oleh ISIS di Palmyra--hampir semuanya perempuan, anak-anak, dan orang tua. Adapun harian pro-pemerintah, Al-Watan, dalam edisi Ahad, 24 Mei 2015, menulis: "Jumlah korban yang dieksekusi meningkat menjadi 450 orang."
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN