TEMPO.CO , Jakarta: Pada revolusi empat tahun lalu, generasi muda Mesir berada di garis depan. Mereka berharap keterlibatan mereka dalam revolusi dapat mengubah masa depan negara dan membangun demokrasi sejati.
Mereka pun menggunakan media sosial untuk berkumpul, melakukan protes besar-besaran, yang akhirnya berhasil meruntuhkan pemerintah saat itu.
Tapi empat tahun kemudian, antusiasme para pemuda itu tampaknya telah menyusut. Hal tersebut jelas terlihat dari jumlah pemilih muda yang sangat rendah pada pemilu 2013 di negara itu.
Karim Gamal El Din, 29 tahun, yang terlibat dalam gerakan revolusi dengan melakukan demonstrasi jalanan saat itu mengatakan kekecewaannya dengan situasi Mesir saat ini dan memikirkan cara untuk keluar dari negaranya.
"Ada keadaan stagnasi sosial dan itu jelas mempengaruhi saya pribadi karena banyak teman-teman saya sudah meninggalkan negara ini. Saya juga akan lebih memilih untuk melakukannya jika saya menemukan kesempatan," kata Karim Gamal.
Pemuda Mesir telah memimpin revolusi empat tahun lalu. Sebuah revolusi yang menawarkan janji perubahan politik dan ekonomi jangka panjang. Ribuan dari mereka memenuhi jalan-jalan untuk memperjuangkan upah dan kondisi kerja yang lebih baik, kebebasan berpolitik, dan bahkan melawan korupsi pemerintah.
Tapi sekarang banyak generasi muda Mesir frustrasi dengan apa yang mereka lihat. Dan jika memiliki kesempatan, mereka akan lebih suka meninggalkan negaranya.
Menurut Dewan Populasi Nasional Mesir, hampir 1,5 juta orang Mesir telah berimigrasi tahun lalu untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
CHANNELNEWSASIA | MECHOS DE LAROCHA