TEMPO.CO, New York -- Erik Lipton jurnalis dari The New York Times, 49 tahun, memenangkan penghargaan Pulitzer Prize 2015 atas laporan investigasinya tentang upaya para pelobi dan pengacara untuk mendesak kejaksaan agar menutup kasus, mengganti kebijakan, bernegosiasi, atau memberi tekanan regulator federal untuk menguntungkan klien.
Pulitzer merupakan penghargaan tahunan yang diadakan Universitas Colombia, Amerika Serikat untuk menghargai karya jurnalis, musik, dan drama. Atas karya jurnalistiknya, Lipton berhak mendapat medali emas serta membawa pulang uang senilai US$10 ribu atau sekitar Rp 130 juta.
Seperti yang dilansir dari situs resmi Pulitzer, Lipton memenangkan penghargaan tersebut setelah berhasil mengalahkan nominator lainnya yang juga memiliki karya yang tak kalah bagusnya. Yakni: David Jackson, Gary Marx dan Duaa Eldeib dari Chicago Tribune untuk laporan investigasi mereka tentang bahaya yang dihadapi oleh anak-anak korban pelecehan yang ditempatkan di pusat perawatan Illinois.
Lipton bergabung di NY Times pada 1999. Kala itu ia meliput tahun-tahun terakhir pemerintahan Wali Kota New York Rudolph Giuliani W. dan serangan teror pada 2001. Dia adalah asisten penulis buku Rise and Fall of the World Trade Center.
Lipton bekerja di New York Times yang berbasis di biro Washington. Ia wartawan investigasi yang menulis tentang keamanan negara. Lipton telah memenangkan beberapa penghargaan Pultizer Prize, termasuk yang terakhir ini.
Sebelum bekerja untuk New York Times, Lipton bekerja di Washington Post dan Hartford Courant. Dia turut menulis dari serangkaian cerita di Hubble Space Telescope dengan Robert S. Capers.
Pria lulusan University of Vermont ini ia menerima gelar kehormatan dari almamaternya pada 2008. Pada April 2009, isu majalah Esquire memasukkan nama Lipton dalam 'The List of Men: Sixty-Six Guys to Emulate'. Lipton kini tinggal di Washington DC dengan istrinya, Elham Dehbozorgi.
PULITZER.ORG | YON DEMA