TEMPO.CO, Roma - Sedikitnya 15 imigran muslim dari Pantai Gading, Senegal, Mali, dan Guyana Bissau dilaporkan ditangkap polisi Italia setelah membunuh 12 imigran Kristen dari Ghana dan Nigeria, dan membuang mereka ke laut. Peristiwa itu terjadi saat mereka berada di atas perahu menuju Italia.
Daily Mail melaporkan, Sabtu, 18 April 2015, para imigran ditangkap ketika tiba di Kota Sisilia dari Palermo. Mereka didakwa dengan "beberapa pembunuhan diperburuk dengan motivasi kebencian agama". Saksi melihat imigran muslim membunuh dan membuang penumpang Kristen ke laut setelah perkelahian terjadi.
Ebrima Jaiteh, salah satu penumpang yang tiba di pelabuhan Sisilia Trapani, menggambarkan perjalanan tersebut seperti "neraka". Kekerasan pecah di sebuah perahu karet yang membawa 105 imigran Afrika di Laut Mediterania ke Italia lantaran kapal tersebut mulai tenggelam di laut.
Saat kapal mulai tenggelam, beberapa orang Kristen mulai berdoa. Imigran Afrika meminta mereka berhenti berdoa. Ketika imigran Kristen menolak, imigran Afrika melemparkan mereka ke laut. Orang Kristen yang tersisa di kapal membentuk "rantai manusia" untuk menghentikan kematian lebih lanjut.
Imigran dari berbagai bagian di Afrika menempuh perjalanan ke Italia dengan perahu dalam jumlah besar saban pekan. Perjalanan itu sering mengakibatkan bencana maritim besar. Dalam insiden terpisah awal pekan ini, hampir 10 ribu orang diselamatkan dari perahu yang tenggelam di perairan antara Libya dan Italia.
Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mencatat bahwa Italia dan Yunani adalah dua negara terbesar penerima pengungsi yang menerima atau menyelamatkan sekitar 31.500 orang sepanjang tahun ini saja. Namun angka-angka tersebut kemungkinan terus meningkat.
Meskipun angka yang terungkap cukup tinggi, UNHCR mencatat jumlah pasti pengungsi tidak diketahui lantaran banyak yang binasa di tengah laut tanpa sempat didokumentasikan. Setidaknya 500 orang diyakini tewas saat mencoba menyeberangi Laut Mediterania sejak awal Januari 2015.
DAILY MAIL | YON DEMA