TEMPO.CO, Jakarta - Sampai saat ini, setidaknya 18 orang yang tinggal di kamp pengungsi Yarmouk di Suriah telah tewas sejak militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melakukan serangan terhadap permukiman tersebut pekan lalu.
Di antara mereka yang tewas terdapat gadis berusia 12 tahun dan seorang aktivis kemanusiaan. Demikian pernyataan yang dikeluarkan Amnesty International pada Rabu, 8 April 2015.
Amnesty International mengatakan mereka yang tewas adalah korban dari aksi penembak jitu (sniper) dan mereka yang terperangkap dalam bentrokan antara ISIS dan Aknaf Beit Al-Maqdis, sebuah kelompok Palestina.
"Untuk warga sipil yang masih terperangkap di Yarmouk, hidup adalah perjuangan menyakitkan untuk dipertahankan," kata Hassiba Hadj Sahraoui, Wakil Timur Tengah dan Direktur Afrika Utara Amnesty International.
Ia mengatakan setelah bertahan dari pengepungan karena dua tahun lumpuhnya pemerintah, sekarang mereka ditembaki oleh penembak gelap (sniper) yang menakut-nakuti mereka sejak penembakan dan serangan udara (terhadap militan ISIS) meningkat.
Sementara itu, militan ISIS dan pasukan Suriah tidak mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki kamp, meninggalkan warga tanpa bantuan medis dan kebutuhan dasar lain. Padahal, 18 ribu penduduk Yarmouk sudah membutuhkan hal-hal seperti makanan pokok dan air sebelum ada pertempuran.
"Penyakit utama adalah kondisi pada jantung dan dada, diare, dan infeksi-dan semua yang diperparah oleh kekurangan gizi. Kami memiliki kekurangan obat-obatan dan peralatan medis dan kami memiliki kebutuhan mendesak untuk cairan rehidrasi, kantong darah, dan antibiotik," kata seorang pekerja medis.
Ia juga menambahkan jika di sana telah ada semakin banyak penembak jitu dan korban yang cedera dan akibat penembakan.
Kamp pengungsi Palestina mulai diserang oleh kelompok teror sejak 1 April, atau sejak pengambilalihan oleh pasukan Suriah yang melakukan pengeboman udara di daerah-daerah yang diduduki ISIS.
UPI.COM | MECHOS DE LAROCHA