TEMPO.CO , Bangkok:Yingluck Shinawatra lahir di Provinsi Chiang Mai pada tanggal 21 Juni 1967. Ia adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara pasangan Lert dan Yindee Shinawatra keluarga kaya keturunan Tionghoa. Umurnya selisih 18 tahun dari Thaksin, yang merupakan anak tertua di keluarga Shinawatra. Sejak kecil ia sering dipanggil Pu yang dalam bahasa Thailand berarti Kepiting.
Yingluck meraih gelar sarjananya dari Universitas Chiang Mai, dan gelar master dari Universitas Negeri Kentucky dengan jurusan administrasi publik. Menikah dengan pengusaha Anusorn Amornchat memiliki satu anak bernama Supasek Amornchat
Sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia politik, Ibu satu anak ini menjadi eksekutif senior di Advanced Info Service (AIS), perusahaan telekomunikasi yang didirikan kakaknya Thaksin Shinawatra, dan direktur manejer SC Asset Company, perusahaan keluarga di bidang properti.
Pada tahun 2011 Yingluck diminta oleh kakaknya yang sedang bersembunyi di tempat pengasingan untuk terlibat dalam dunia politik, tak tanggung-tanggung ia mencalonkan diri sebagai Perdana Menteri. Ia dicalonkan oleh mesin politik yang sama dengan kakaknya partai Pheu Thai. Karena memiliki latar bisnis yang lebih luas dibanding politik, ia sempat diragukan oleh banyak pihak.
Pheu Thai menggalakkan kampanye dengan slogan "Thaksin Berpikir, Pheu Thai Melakukannya". Dalam kampanyenya, Yingluck menyerukan keinginannya untuk melaksanakan rekonsiliasi nasional, pemberantasan kemiskinan, dan pengurangan pajak penghasilan perusahaan, meskipun program-programnya ini dicemooh oleh Partai Demokrat. Partai Pheu Thai berhasil menang telak dengan perolehan suara 47%, meraih 265 dari 500 kursi di Parlemen Thailand.
Yingluck menjadi perdana menteri perempuan pertama yang memerintah Thailand dan juga merupakan salah satu perdana menteri termuda Thailand selama 60 tahun tahun terakhir.
Tiga bulan kemudian, ia menghadapi tantangan pertamanya sebagai PM, bagian dari Thailand dilanda banjir. Kebijakannya pun mendapat kritikan.
Lebih dari 500 orang tewas di utara negara itu dan seperlima dari modal berakhir di bawah air, memaksa pemerintahannya mengumumkan 100 milyar baht (Rp.5,2 triliun) untuk rencana pemulihan paskah banjir.
Pada awal 2012, pemerintahnya kembali mendapat kritik keras setelah menyetujui dana kompensasi bagi korban kerusuhan politik dan mengalokasikan 2 milyar baht (Rp.81,9 miliar) untuk keluarga korban meninggal dunia, serta orang-orang yang terluka.
Kebijakannya yang paling kontroversial yakni Undang-undang tentang amnesti yang membuat partai oposisi berang karena dikhawatirkan akan menggunakannya untuk memungkinkan Thaksin Shinawatra kembali ke Thailand tanpa harus menjalani hukuman penjara nya.
Perjalanannya di dunia politik tidak berlangsung lama, berhenti pada Januari, Yingluck diturunkan atas perannya dalam skema subsidi beras oleh legislatif militer yang ditunjuk.
Dalam skema subsidi beras pemerintah Thailand yang dipimpin Yingluck membeli beras dari para petani di atas harga pasar, yang menghabiskan dana pemerintah sampai milliaran dollar. Yingluck menyalurkan uang untuk para pendukung utamanya.
Dia mengatakan kebijakannya itu bertujuan untuk membantu para petani dan membantah terlibat dalam pelaksanaan skema tersebut dari hari ke hari. Skema beras merupakan faktor yang menyebabkan tersingkirnya pemerintah Yingluck dan kudeta militer berikutnya.
Yingluck pun dikenakan sanksi dilarang berpolitik selama lima tahun pada Januari lalu setelah Junta militer memutuskan adik perempuan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra ini secara politik bersalah dalam kebijakan yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 5,7 triliun tersebut. Jika terbukti bersalah di pengadilan nanti, Yingluck akan menjalani hukuman penjara maksimal 10 tahun
BBC|YON DEMA