TEMPO.CO, Madrid - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) membuat penahanan ala penjara teroris Guantanamo di wilayah Suriah yang mereka kuasai. Menurut mantan sandera ISIS, wartawan Spanyol Javier Espinosa, cara-cara ala penjara teroris buatan Amerika Serikat di Teluk Guantanamo Kuba ini diterapkan ISIS.
Misalnya, menggelar eksekusi pura-pura atas tawanan Barat. Juga, perlakuan tak manusiawi lainnya terhadap para sandera asal Barat.
Menulis dalam koran El Mundo, wartawan yang diculik pada 16 September 2013 dan dibebaskan pada 29 Maret 2014 ini merinci soal eksekusi ISIS pertama kali atas sandera bernama Sergei Gorbunov. Pria asal Rusia ini diculik pada Oktober 2013 dan kepalanya diledakkan dalam eksekusi.
Espinosa mengatakan ISIS mengelompokkan 23 sandera dari 11 negara di sebuah vila di utara Kota Aleppo. “Di sinilah ‘Penjara Guantanamo’ ala ISIS berdiri,” katanya.
Mengutip informasi yang sampai kepadanya oleh wartawan AS, James Foley—yang kepalanya dipenggal ISIS pada 2014, Espinosa menulis: "Mereka menyiapkan proyek ini untuk waktu yang lama. Kepala penjaga menyatakan kepada kami bahwa mereka ingin meniru Barat dalam membuat penjara dengan menempatkan banyak kamera dan penjaga."
Masih menurut Foley, mereka ingin para tahanan yang masuk bersamanya akan berada dalam tahanan ini untuk waktu yang lama. "Alasannya, kami adalah orang-orang pertama yang mereka tangkap," tulisnya.
Dia mengatakan 22 jurnalis Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Latin serta pekerja kemanusiaan yang ditahan di kompleks ini pernah menjalani eksekusi pura-pura. Tak hanya sekali, mereka menjalaninya selama beberapa kali atas perintah penjaga paling sadis, yang dijuluki para tahanan sebagai "The Beatles".
Lain kali, sandera dipaksa melihat gambar pelaksanaan eksekusi atas Gorbunov. "Kamu akan berakhir seperti dia," tulis Espinosa menirukan bentakan seorang penjaga kepadanya.
Dia menyatakan 15 dari 23 tahanan yang datang bersamanya kini telah dibebaskan; enam dieksekusi; dan seorang tahanan, Kayla Mueller, tewas saat AS membombardir wilayah yang dikuasai ISIS bulan lalu.
BBC | INDAH P.