TEMPO.CO, Jakarta - Mantan bos badan intelijen Israel, Mossad, periode 2002-2011, Mayjen (Purn.) Meir Dagan mengecam pemerintahan Benyamin Netanyahu di depan kerumunan sekitar 80.000 massa di Rabin Square, Tel Aviv, Sabtu 7 Maret 2015 malam. "Saya takut kepemimpinan kita saat ini," katanya memperingatkan bahwa perang Gaza "berakhir tanpa pencegahan dan pencapaian diplomatik."
"Saya di sini sebagai seorang prajurit yang ingin melakukan segala sesuatu yang diperlukan dan dimungkinkan untuk negara di mana saya sudah dedikasikan hidup saya untuk membelanya selama 45 tahun," katanya kepada kerumunan massa dengan berapi-api. "Saya tidak punya maksud lain."
Bicara soal saat sulit selama tugasnya di badan keamanan, Dagan mengingat tahun 1973. "Saya pikir jika mereka tidak dapat menghancurkan kita sekarang, mereka mungkin tidak akan pernah bisa. Saya masih percaya itu hari ini. Israel dikelilingi oleh musuh. Musuh tidak membuat saya takut, saya justru was-was atas kepemimpinan pemerintahan kita," kata dia. "Di atas semua krisis yang kita alami, saat ini adalah yang terburuk yang saya ingat sejak lahirnya Israel."
Dagan mengatakan, selama enam tahun berturut-turut Benjamin Netanyahu memerintah sebagai perdana menteri. "Enam tahun di mana ia tidak memimpin satu gerakan nyata untuk mengubah wajah kawasan ini atau menciptakan landasan bagi masa depan yang lebih baik," katanya.
Michal Kesten-Keidar, janda Letnan Coronel Dolev Keidar, yang tewas dalam Operation Protective Edge, mengisahkan rasa kehilangannya dalam orasi. "Tidak ada yang berbicara tentang proses diplomatik atau perjanjian perdamaian lagi," katanya. "Sebuah kampanye pemilihan dijalankan tanpa menyebutkan darah yang tertumpah di sini musim panas ini. Saya datang ke sini untuk meminta Anda ketika Anda pergi ke kotak suara, berilah suara untuk orang-orang yang akan mencoba untuk mencegah perang berikutnya. Bagi mereka yang bersedia untuk melakukan segala kemungkinan untuk mencegah lebih banyak kematian."
"Kami semua di sini karena kita tidak bisa lagi berpangku tangan. Saya merasakan bahwa Israel kehilangan jalan dan bahwa kita berjalan menuju bencana. Dan itulah mengapa aku di sini," kata Mayor Jenderal (Purn) Amiram Levin di depan massa. Levin mengatakan, Netanyahu gagal membawa keamanan bagi Israel.
Josef Regev, yang berada di tank Militer Israel pertama yang menyeberangi Terusan Suez dalam Perang Yom Kippur dan terluka dalam pertempuran itu, mengecam Netanyahu. "Saya belajar dengan cara yang keras soal kengerian perang. Tahun lalu, teman-teman saya dan saya memimpin seruan untuk menghidupkan kembali kesepakatan. Tapi kami kecewa melihat perilaku perdana menteri yang hanya menyakiti kemungkinan mencapai kesepakatan."
Ia mendesak orang banyak untuk memilih kepemimpinan baru yang mendorong proses perdamaian ke depan. "Untuk melestarikan kekuatan nasional kita, kita perlu pemerintahan yang berani dan bertanggung jawab. Itu sebabnya, pada 17 Maret, kita semua harus pergi keluar dan memberikan suara. Untuk masa depan kita dan untuk generasi yang akan datang, kita harus mengganti pemerintahan," kata Regev.
Jalan tengah yang mengarah ke alun-alun itu diblokir mulai pukul 18:00 malam. Polisi mengatur peserta rally yang tiba dengan kendaraan pribadi diarahkan menggunakan tempat parkir khusus di seluruh kota untuk menghindari kemacetan besar di jantung Tel Aviv.
Sebelum reli itu, Dagan memperingatkan risiko membiarkan Netanyahu untuk terus menerapkan kebijakannya yang berbahaya selama ini. "Sebagai salah satu orang yang menjabat di pemerintahan selama 45 tahun di sejumlah badan keamanan - termasuk dalam saat tergelap- saya merasa bahwa kita kini berada dalam masa kritis untuk masa depan kita dan keselamatan kita."
YNETNEWS.COM | ABDUL MANAN