TEMPO.CO, Paris - Para pemimpin Eropa menyayangkan seruan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bagi kaum Yahudi untuk bermigrasi massal ke Israel. Mereka menyebut Netanyahu hanya tengah mencari simpati demi mendulang perolehan suara.
Netanyahu mengeluarkan seruan itu menyusul penembakan di Kopenhagen akhir pekan lalu. "Gelombang serangan teror diperkirakan akan terus berlanjut, termasuk serangan anti-semitisme dan pembunuhan. Kami katakan kepada orang-orang Yahudi, untuk saudara-saudara kita, Israel adalah rumah Anda dan setiap orang Yahudi. Israel sedang menunggu Anda dengan tangan terbuka," katanya.
Baca Juga:
Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls—yang berbicara setelah beberapa ratus batu nisan Yahudi dirusak di sebuah pemakaman di timur Prancis—mengatakan bahwa ia menyesalkan seruan itu. Ia mencatat bahwa Perdana Menteri Israel itu "kini berada di tengah-tengah kampanye pemilihan umum."
Presiden Prancis François Hollande berkeras pada hari Senin bahwa ia tidak akan membiarkan orang-orang percaya bahwa orang-orang Yahudi tidak lagi memiliki tempat di Eropa. "Orang-orang Yahudi memiliki tempat mereka di Eropa dan, khususnya, di Prancis," katanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pemerintahnya akan melakukan segala cara untuk memastikan situs Yahudi aman. "Kami senang dan bersyukur bahwa ada kehidupan Yahudi lagi di Jerman," kata Merkel di Berlin. "Dan kami ingin terus hidup dengan baik bersama-sama orang-orang Yahudi yang berada di Jerman pada hari ini."
Baca Juga:
Pimpinan Rabbi Denmark, Jair Melchior, mengatakan ia kecewa dengan pernyataan Netanyahu. "Teror bukan alasan untuk pindah ke Israel," katanya.
Sebaliknya, kata dia, orang-orang dari Denmark pindah ke Israel karena mereka mencintai Israel, karena Zionisme tetapi bukan karena terorisme. "Jika cara kita berurusan dengan teror adalah dengan berpindah ke tempat lain, kita semua harus lari ke pulau terpencil," katanya.
Mantan Presiden Israel Shimon Peres juga mengkritik seruan agar Yahudi Eropa pindah ke Israel dengan menyebutnya bermotif politis. "Jangan datang ke Israel karena posisi politik, tetapi karena Anda ingin datang dan tinggal di Israel. Israel harus tetap menjadi tanah harapan, bukan tanah ketakutan," katanya.
GUARDIAN | INDAH P.