TEMPO.CO, Seoul - Ketidakhadiran Kim Jong-un dinilai sebagai rencana yang rangkai oleh pemerintah Korea Utara untuk mencari perhatian media internasional. Wakil kepala misi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Seoul, Korea Selatan, Mark Takola, menyebutkan bahwa Korea Utara ingin menjadi fokus pembicaraan oleh petinggi dunia lainnya. (Baca: Kim Jong-un dan Tokoh Dunia yang Mendadak 'Hilang')
"Sudah beberapa bulan sejak Korea Utara tidak mendapatkan perhatian internasional. Beberapa negara sedang berfokus pada masalah lainnya, seperti Krimea dan ISIS," kata Takola kepada Yonhap, Ahad, 12 Oktober 2014.
Takloa menjelaskan bahwa Korea Utara "rindu" dengan perhatian media internasional yang sempat memfokuskan pada kejadian-kejadian di negara tersebut. Menurut Takola, rumor tentang penyakit Kim diterapkan karena tidak terlalu provokatif bila dibandingkan dengan berita percobaan nuklir atau uji coba rudal.
"Para ahli tidak perlu khawatir dengan adanya potensi kudeta karena hal itu mustahil untuk terjadi. Bagi orang-orang 'luar', ketidakhadiran Kim adalah yang tidak biasa. Namun, bagi warga Pyongyang, ini adalah hal yang juga pernah terjadi (saat Kim Il-sung, ayah Kim, hilang selama 80 hari karena stroke)," kata Takola.
Selain itu, Gedung Putih juga yakin bahwa Kim masih memimpin Korea Utara. Belum ada indikasi pertukaran kepemimpinan, dan pola pemerintahan Kim masih kuat di sana. (Baca: Amerika Yakin Kim Jong-un Masih Pimpin Korea Utara)
Rencana ini, menurut Takola, juga merupakan upaya Korea Utara agar bisa berdamai dengan Korea Selatan. Hal itu mungkin saja terjadi, mengingat tiga perwakilan Korea Utara datang ke Korea Selatan secara tiba-tiba. Namun upaya damai sepertinya tidak mungkin karena terjadi lagi baku tembak di wilayah perbatasan kedua negara itu.
RINDU P. HESTYA | YONHAP
Berita Lain:
Wabah Ebola, Begini Antisipasi Indonesia
Waspada Ebola, AS Perketat Keamanan Bandara
Badai Vongfong Juga Terasa di Cina